Senin, 30 Desember 2019

Bentuk penyajian Tarian Sintren



Bentuk penyajian tari di bentuk 3 penyajian antara lain :
1.     Tari tunggal, merupakan salah satu jenis tarian yang ada di nusantara yang di peragakan oleh seorang penari yaitu oleh seorang penari baik  itu penari perempuan ataupu penari laki-laki. Contohnya : Tari Trunajaya, Klana, Panji Semirang, Ngeremo, Topeng, Golek,dan Kendangan dan lain sebagainya. Tari tunggal juga memiliki keunikan yaitu dari sisi gerak yang memiliki rasa,estetik, dan kepentingan masyarakat pemiliknya, dari segi ekspresi, memberikan kebebasan lebih dan ekspresi total kepada penari.
2.     Tari berpasangan, adalah bentuk tarian yang di tarikan atau di bawakan oleh dua orang penari baik itu penari laki-laki maupun perempuan atau sesama jenis. Contoh tariannya : Tari Bambangan Cakil, Tari Oleg Tambulilingan, Tari Payung, Tari Kanrosih, dan lain sebagainya. Rangkaian gerak tari jenis berpasangan ini saling mengisi, melengkapi, dan terdapat interaksi dan respon gerak antar kedua belah pihak atua para penarinya.
3.     Tari Kelompok, yaitu tari yang penyajiannya di bawakan secara berkelompok (lebih dari 3 orang) dan tidak menutup kemungkinan bisa berbentuk drama tari/sendratari, contohnya : Tari Janger, Tari Sintren, Kecak, Saman. Keunikan tari kelompok yaitu memiliki karakteristik yang membedakan dari jenis tari lainnya yaitu kekompakan penari dan segi geraknya juga.

          Bentuk penyajian sintren ini sang penari Sintren diharuskan unatuk puasa terlebih dahulu yaitu puasa senin kamis, selain puasa si calon penari sintren juga harus mandi air tujuh sumur pada malam jum’at kliwon, hal ini bertujuan untuk dapat menebarkan pesona atau daya tarik pada para penonton. Ritual mandi tujuh sumur ini untuk penari sintren di akhiri dengan mandi di banyu tarung, yaitu sungai yang memiliki dua aliran sungai yang bertemu dalam satu tempat.
          Pra pertunjukan adalah saat dimana di mulainya tabuhan gamelan, yang bertujuan untuk tanda bahwa akan di mulainya pertunjukan sintren dan di masudkan untuk mengumpulkan penonton, di lanjutkan dengan acara dupan, yaitu acara doa bersama-sama di iringi dengan pembakaran kemenyan dengan maksud untuk mendapatkan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa sehingga terhindar dari mara bahaya.
          Menjadikan Sintren, tahap menjadikan sintren dilakukan oleh kamlandang dengan membawa calon penari yang di iringi oleh 3 penari pengiring, diantaranya adalah sebagai badut, widadari atau dayang. Calon penari sintren di dudukkan oleh kemlandang dalam keadaan berpakaian biasa dan di dampingi oleh para widadari.
          Kemlandang akan menjadikan penari Sintren dalam beberapa tahap, anatar lain :
1.     Kemlandang (dalang) akan mengikat kedua tangan dan tubuh dari calon penari sintren dengan di dekatkan ke arah kemenyan yang telah di bakar sambil kemlandang membacakan mantra, “trapena banda liro nisuwari sintren, dulun ala dunun dulu ala dunun”. Keadaan sintren yang di ikat, maka oleh para widadari si calon penari sintren akan di masukkan ke dalam kurungan, di sertai dengan alat rias dan kostum sintren.
2.     Setelah itu di buka lagi untuk melihatkan kepada para penonton bahwa sang sintren ini masih dalam keadaan terikat atau masih utuh, kemudian di tutupakan kembali dengan kurungan oleh kemlandang sambil di beri kemenyan. Sinden juga tak kalah penting dalam pertunjukan ini, dimana sinden akan mengiringi kemlandang yang sedang memberi kemenyan bakar di atas kurungan dengan menyanyikan nyanyian bidadari turun. Nyanyiannya yaitu “assalamulaikum sisane sing doro lanang, ande-ande lumut temuruno sedelo bae, ana cah ayu sing ngeteni”.
3.     Penari sintren akan memberikan tanda pada saat dalam kurungan kalau dia sudah lepas dari ikatan dengan keaadan rapi dan berdandan lengkap.
Pertunjukan sintren berikutnya ialah menghibur para penonton dengan lemah lembut, gemulai menari sambil di iringi lagu yang di nyanyikan oleh sinden dan para penabuh gamelan. Dalam menyanyikan lagu nyanyian sintren itu sendiri berbeda-beda yaitu sesuai dengan permintaan dari penari sintren. Penari sintren selalu di iringi atau di dampingi oleh widadari dan badut hal ini bertujuan untuk menjaga penari sintren, misal ada penonton yang melemparkan uang ke arah penari sintren maka pada saat itu juga tubuh si penari sintren ini merasa lemas atau tak berdaya maka widadari akan menopangnya sambil memberikan asap kemenyan. Badut juga selalu mengiringi setiap langkah atau arah langkah si penari sintren ini, biasanya berada di depan atau di samping penari sintren
Fungsi dari badut itu sendiri selain sebagai pasangan ssintren, badut juga memberikan nilai plus untuk pertunjukan sintren, yaitu dengan menari tarian lucu, atau sekedar menggoda para penonton agar suasana lebih meriah da peonton puas atas pertunjukan yang di tampilkan oleh para tim tarian sintren.
Bila sintren merasa lemas ia akan memberitahu widadari untuk kembali ke kurungan. Sintren di dudukkan oleh para widadari untuk kembali ke kurungan. Setelah itu sintren didudukkan oleh widadari, kemudian kemlandang akan menutup kurungan dengan memberikan asap kemenyan di atas kurungan tersebut. Saat penari sintren dalam kurungan maka sintren akan menyanyikan nyanyian lagi, seperti nyanyian temabng weru. Maksud dari temabng ini adalah untuk menyemangati sintren agar ia mau untuk menari lagi dan siap untuk menghibur para penonton. Di samping itu juga kemlandang harus memberikan asap kemenyan pada kurungan sintren.
Widadri akan menanyakan kepada sintrn dengan menempelkan telinga ke arah kurungan tersebut. Sintren akan memberikan tanda bahwa dia sudah siap untuk menari. Acara selanjutnya yaitu sintren menari dengan penonton, dimana penonton ikut antusias untuk menyawer kepada sintren serasa nari dengan penari profesional, namun saweran yang di berikan oleh para penonton ia masukkan ke dalam jamang (hiasan yang terdapat di kepala dengan untaian melati disamping kanan kirinya). Saat sintren menari dengan penonton tak ketinggalan badut pun ikut menari di samping penari sintren. Ketika tarian sintren sudah di anggap cukup, maka sintren akan di iringi oleh widadari untuk menarik saweran dari para penonton dengan membawa baskom atau nampan ke arah para penonton yang di pegang oleh widadari.
Selanjutnya ialah acara balangan, yaitu pada saat penari sintren sedang menari maka dari arah penonton ada yang melemparkan uang, kain atau baju kearah sintren. Dan menjadi keunikan dari Tari Sintren adalah ketika penari sintren terkena lemparkan maka sintren akan terjatuh pingsan, pada saat itulah  sang kemlandang dengan menggunakan mantra-mantra lalu mengusapkan kedua tangan penari sintren dengan asap kemenyan, dan di teruskan dengan mengusap wajah penari sintren dengan tujuan agar roh bidadari datang lagi sehingga penari sintren dapat melanjutkan tariannya.
Namun pada saat bapangan itu, bukan sekedar kain saja tetapi sudah di siapkan uang di dalamnya, yang kemudian akan di berikan minyak wangi sintren tersebut, dan akan di antarkan langsung oleh penari sintren dengan di iringi atau di dampingi oleh widadari.

0 komentar:

Posting Komentar