Sabtu, 28 Desember 2019

Simbol Dan Makna Pertunjukan Sintren




Pada awalnya sebelum terbentuk struktur sintren atau laris yang ada seperti sekarang ini yang berupa tarian dengan wanita ditengahnya, dahulu awal kesenian ini dipercaya dimulai dengan aktivitas berkumpulnya para pemuda sang saling bercerita dan memberikan semangat satu sama lain terutama setelah kekalahan besar pada perang besar Cirebon yang berakhir sekitar tahun 1818, dalam cerita lisan masyarakat Indramayu dikenal nama Seca Branti dipercaya sebagai abdi pangeran Diponegoro yang berhasil lolos dari Belanda setelah kekalahan perang Diponegoro yang berakhir pada tahun 1830, dikatakan bahwa Seca Branti melarikan diri ke wilayah Indramayu disana iya bergaul dengan para pemuda dan suka membacakan sajak-sajak perjuangan, pada musim panen tiba disaat para pemuda sedang banyak berkumpul, Seca Branti kemudian ikut berkumpul atau bergabung dan menyayikan sajak-sajak perjungannya. Aktivitas menyayikan sajak-sajak ini kemudian diketahui oleh penjajah Belanda dan kemudian dilarang, Belanda hanya mengizinkan adanya sesuatu kegiatan yang di isi dengan pesta, wanita penghibur dan minuman keras. Kegiatan-kegiatan ini juga berusaha Belanda lakukan di dalam Keraton-keraton Cirebon sebelum berakhirnya perang Besar Cirebon, bahkan para prajurit Belanda ysang berada di kota Cirebon senang dengan kegiatan mabuk-mabukan di iringi dengan para pemari tayub. Hal inilah yang kemudian yang melatar belakangi digunakan penari wanita sebagai kedok ( dalam bahasa Indonesia Topeng )dalam pertunjukan sementara fokus utamanya tetaplah syair-syair yang diucapkan oleh dalang Sintren yang didengarkan oleh para pemuda yang mengelilinginya, berlatih untuk memupuk rasa perjuangan.
Oleh karenanya pada tahap ini sebagian kalangan menterjemahkan sintren sebagai sinyo ( dalam Bahasa Indonesia artinya pemuda ) dan trennen ( dalam bahasa Indonesia artinya berlatih ) yang artinya pemuda yang sedang berlatih. Sedangkan dalam sejarah lain Sintren adalah Tari sintren merupakan salah satu tarian tradisonal yang berasal dari pesisir utara pulau Jawa Tengah dan Jawa Barat selain gerak tarinya, tarian ini juga dikenal dengan tarian yang berunsur mistis karena di dalamnya terdapat ritual khusus untuk pemangilan roh atau dewa. Tari sintren ini tersebar di beberapa tempat di jawa tengah dan Jawa Barat seperti Cirebon, Majalengka, Indramayu, Brebes, Pemalang, Pekalongan, dan Banyumas. Menurut Sejarhnya Tarian ini berawal dari kisah Raden Sulandono dan Sulasih yang tidak mendapat restu dari orang tua Raden Sulandono. Sehingga Raden Sulandono di perintahkan ibunya untuk bertapa dan diberikan selembar kain sebagai sarana kelak untuk bertemu dengan Saulasih setelah pertapaannya selesai. Sedangkan Sulasih diperintahkan untuk menjadi penari di setiap acara bersih desa  yang diadakan sebagai syarat untuk bertemu Raden Sulandono.
            Saat pertunjukan rakyat yang diadakan untuk memerintahkan bersih desa, pada saat itulah Sulasih menari sebagai bagian pertunjukan. Malam itu saat bulan purnama, Raden Sulandana pun turun dari pertapaannya dengan cara bersembunyi sambil membawa kain yang diberikan oleh ibunya. Pada saat Sulasih menari, dia pun dirasuki kekuatan Dewi Rantamasari sehingga mengalami trance. Melihat seperti itu Raden Sulandana pun melemparkan kain tersebut sehingga Sulasih pun pingsan. Dengan kekuatan yang dimiliki Raden Sulandana, maka Sulasi dapat dibawa kabur dan keduanya mewujudkan cita-citanya untuk bersatu dalam cinta. Sejak saat itulah sebutan Sintren ini. Istilah Sintren pada saat penari mengalami kerasukan atau trance. Dan istilah balangan adalah pada saat Raden Sulandana melemparka kain yang diberika oleh ibunya. Banyak sejarah yang menceritakan mengenai tari sintren karena disetiap daerah pastilah banyak cerita-cerita yang bermunculan mengenai sejarah sintren itu sendiri. Sejarah lain mengatakan bahwa awal mulanya tari sintren ini berasal dari permainan anak-anak pesisir pantai yang menunggu orang tuanya pulang mencari ikan dan mereka pun menunggu sambil menari-menari dipingir pantai dengan di iringi alat musik seadanya dan biasanya dilakukan pada bulan purnama.
Pada saat pertunjukan sintren, sintren dimasukan kedalam kurungan yang awalnya hanya pakaaiaan biasaa naamun ketika kurungan dibuka penari sintren menjadi lebih cantik dengan busan seperti bidadari, busana yang biasa dipakai adlah busana baju golok yang memiliki simbol bahwa seorang perempuan harus menutup tubuhnya dengan baik, sehingga dapat diterima dimasyarakat. Makna ini dapat diperluas dengan pesan bahwa ketika akan terjun ke dalam pergaulan seorang perempuan mesti berpakaian dengan rapi dan sopan sesuai adat dan ketentuan yang berlaku di masyarakatnya. Perempuan harus berhati-hati menjaga diri dari pandangan laki-laki.
Celana cinde yang dipakai penari sintren memiliki simbol bahwa seorang perempuan harus pandai menjaga diri, celana cinde juga memberi kebebasan kepada penari untuk bergerak yang diartikan bahwa seorang perempuan juga berhak memberikan kontribusi dalam masyarakat. Namun, kebebasan yang bukan tanpa batas. Jerit yang dipakai di bawah lutut penari sintren yang bermakna bahwa perempuan harus pandai menunjukan identitas dirinya sebagai perempuan. Sabuk kain yang digunakan berfungsi untuk mengikat tubuh yang bermakna bahwa seorang perempuan harus mempunyai pegangan yang kuat dan mempunyai keteguhan dalam menjalankan peranannya di masyarakat. Sampur berupa kain yang dililitkan di pingang penari yang biasanya sintren akan menari dengan mengibaskan sampur ke kanan dan ke kiri, terkadang juga digunakan untuk menari bersama penonton. Sampur seorang sintren juga digunakan untuk menarik penonton yang berarti ketika sudah tiba waktunya seorang perempuan dapat menentukan pilihan atau memilih laki-laki untuk dijadikan suami.
Jamang hiasan yang di pakai oleh penari sintren yang memiliki simbol keindahan rambut yang harus dijaga dari kecil hinga dewasa. Karena simbol ini mempunyai perlambang kehormatan yang harus dijaga, jamang juga berarti perempuan juga harus pandai menghiasi pikiran dengan ilmi-ilmu yang berguna. Kaca mata hitam yang mempunyai simbol sikap selektif bila melihat, ada batasan-batasan dalam memandang. Kacamata juga mempunyai arti sebagai kontrol bagi perempuan. Kaos kaki hitam dan putih melambangkan perilaku baik dan buruk
Keunikan yang ada pada tarian sintren terdapat dipertunjukan sulap, pertunjukan sulap merupakan sesuatu yang dipelajari sehingga pertunjukan sintren lebih menarik, contohnya ketika sintren diikat dan di masukkan kedalam dikurungan sintren jadi akan berubah kostum dan tampil lebih cantik, lalu ketika sintren di lemparkan uang oleh penonton sintren tersebut akan terjatuh dan tidak sadarkan diri merupakan hasil dari kemasan dalang-dalang sintren yang dikemas lebih menarik sehingga memiliki makna dan simbol. Makna dan simbol dalam tari sintren salah satunya ketika di lemparkan uang tidak sadarkan diri, merupakan sebuah simbol bahwa kita sebagai manusia ketika memiliki harta benda harus menyisihkan harta benda untuk bersedekah dan berbagi dengan ikhlas.
 Banyak simbol dan makna yang disampaikan dalam tarian sintren, sintren juga merupakan salah satu media dakwah yang digunakan untuk mengembangkan Islam pada masa Sunan Gunung Jati dan Sunan Kalijaga yang memiliki simbol-simbol yang menerangkan tentang keislaman contohnya, kurungan yang memiliki makna bahwa perjalanan manusia dari awal lahir sampai mengarungi kehidupan dan  puncaknya adalah  kejayaan. Pada saat kejayaan inilah biasanya manusia lupa diri seperti hal nya ketika si sintren yang dilempar uang lalu terjatuh dan tidak sadarkan diri merupakan gambaran yang jelas bahwa godaan manusia adalah harta.
Sesaji yang biasa digunakan untuk pementasan sintren juga memiliki makna rasa syukur kita terhadap Tuhan dengan berbuat baik kepada sesama dan yang lain-lainnya. Kain penutrup yang biasa digunakan untuk menutup kurungan melambangkan bahwa dalam menempuh pendidikan seorang perempuan harus bersungguh-sungguh sehingga tidak terpengaruh oleh keadaan sekitar yang menyebabkan kegagalan mencapai derajat yang mulia. Angola, Kemenyan, dan Arang digunakan sebagai penghantar sintren dengan dewa, melalui asap dan bau yang dikeluarkan serta doa-doa yang dipanjatkan yang bermakna  dalam pencapaian derajat yang tinggi seorang perempuan harus memperhatikan hubungannya dengan Tuhan. Pada akhirnya, semua upaya yang dilakukan adalah keputusan dari sang pecipta. Syair-syair yang dilantunkan dalam pertunjukan juga memiliki makna yang bernilai pendidikan yang bermuatan budaya.
Banyak makna dan simbol yang terkandung dalam setiap penyajian sintren baik dari busana yang digunakan sintren, peralatan, dan perlengkapan yang digunakan pada pementasan tari Sintren tersebut memiliki nilai-nilai pendidikan dan keagamaan sehingga sintren ini selain di tunjukan sebagai tontonan atau hiburan tetapi juga merupakan tontonan yang banyak mengandung nasihat-nasihat bagi mereka yang menonton dan memaknainya dengan baik jadi tari sintren ini bukan hanya pada mistisnya saja tapi disamping itu banyak makna dan simbol yang mengandung nasihat-nasihat yang berusaha disampaikan dalam pertunjukan seni tari sintren yang meski dilestarikan.

1 komentar:

  1. Kebudayaan yang harus tetapdi jagĂ  kelestariannza . Terimakasih atas ilmunya

    BalasHapus