Selasa, 24 Desember 2019

Mengenal Syair-syair Sintren


  Asal muasal nama sintren salah satunya berasal dari kata sindir (bahasa indonesia sindir) dan tetaren ( Dalam bahasa Indonesia yang artinya pertanyaan melalui syair-syair yang perlu dipikirkan jawabannya) maksudnya adalah menyindir dengan mengunakan sajak-sajak atau syair-syair, sementara di wilayah Indramayu sintren disebut sebagai laris (Dalam bahasa indonesia artinya suci) yang kependekan dari nama asalnya yang dalam bahasa Cirebon dialek Indramayu disebut sebagai wari laris (dalam bahasa indonesia artinya air yang suci) yang dimaknai sebagai para pemuda dengan niat yang suci. Pada awalnya sebelum terbentuk struktur sintren atau laris yang ada seperti sekarang ini yang berupa tarian dengan wanita ditengahnya, dahulu awal kesenian ini dipercaya dimulai dengan aktivitas berkumpulnya para pemuda sang saling bercerita dan memberikan semangat satu sama lain terutama setelah kekalahan besar pada perang besar Cirebon yang berakhir sekitar tahun 1818, dalam cerita lisan masyarakat Indramayu dikenal nama Seca Branti dipercaya sebagai abdi pangeran Diponegoro yang berhasil lolos dari Belanda setelah kekalahan perang Diponegoro yang berakhir pada tahun 1830, dikatakan bahwa Seca Branti melarikan diri ke wilayah Indramayu disana iya bergaul dengan para pemuda dan suka membacakan sajak-sajak perjuangan, pada musim panen tiba disaat para pemuda sedang banyak berkumpul, Seca Branti kemudian ikut berkumpul atau bergabung dan menyayikan sajak-0sajak perjungannya. 
          Aktivitas menyayikan sajak-sajak ini kemudian diketahui oleh penjajah Belanda dan kemudian dilarang, Belanda hanya mengizinkan adanya sesuatu kegiatan yang di isi dengan pesta, wanita penghibur dan minuman keras. Kegiatan-kegiatan ini juga berusaha Belanda lakukan di dalam Keraton-keraton Cirebon sebelum berakhirnya perang Besar Cirebon, bahkan para prajurit Belanda ysang berada di kota Cirebon senang dengan kegiatan mabuk-mabukan di iringi dengan para pemari tayub. Hal inilah yang kemudian yang melatar belakangi digunakan penari wanita sebagai kedok ( dalam bahasa Indonesia Topeng )dalam pertunjukan sementara fokus utamanya tetaplah syair-syair yang diucapkan oleh dalang Sintren yang didengarkan oleh para pemuda yang mengelilinginya, berlatih untuk memupuk rasa perjuangan. Oleh karenanya pada tahap ini sebagian kalangan menterjemahkan sintren sebagai sinyo ( dalam Bahasa Indonesia artinya pemuda ) dan trennen ( dalam bahasa Indonesia artinya berlatih ) yang artinya pemuda yang sedang berlatih.
Pada tahap ini pola-pola sajak yang digunakan oleh para dalang sintren tidak berubah dari sajak-sajak tentang perjuanga, perbedaannya adalah digunakan ronggeng buyung atau penari wanita pada pertunjukannya yang bertujuan untuk mengelabuhi penjajah Belanda.
Selain dari kisah perjungan pemuda-pemuda Cirebon lewat syair-syair penyemangat dalmpagelaran sintren, kesenian sintren di Cirebon juga menampilkan lirik-lirik legenda romantisme antara Selasih dan Sulandana yang popoler dikalangan masyarakat pulau jawa, hal tersebut dikarenakan letak Cirebon yang berdekatan langsung dengan tnah budaya Jawa mengakibatkan tingginya interaksi sosial antara suku Cirebon dan Suku Jawa. Syair-syair yang mengiringi pagelaran sintren tidak terlepas dari latar belakang atau kisah-kisah yang mengikutinya, kisah romantis Selasih dan Sulandana misalnya, kisah romantis tersebut yang amat kental dalam pagelaran Sintren di wilayah suku Jawa seperti dikabupaten Banten serta kabupaten dan kota pekalongan tidak begitu terasa dalam pagelaran Sintren di wilayah Suku Cirebon walau dalam sebuah versi syair yang dilantunkan oleh sanggar tari sekar pandan, kesultanan Cirebon masih menyelipkan nama keduanya namun pada praktiknya isi tariannya tidak mengisahkan sama-sekali tentang Selasih dan Sulandana, isi tarian dan penjelasannya justru bernuansa dakwah Islam.

Syair Kembang Putri Mahendra

Ketika memasuki ruang pagelaran Sintren, pesinden melantunkan syair seperti dibawah ini ;

Turun turun sintren
Sintrene widadari
Nemu kembang yun ayunan
Nemu kembang yun ayunan
Kembange putri mahendra
Widadari temurunan

Ketika Sintren dan dalang Sintren telah bersiap ditempat dan akan memulai pementasan maka syair akan dilanjutkan dengan syair seperti dibawah ini ;

Kembang rampe oli tuku ning pasar kramat
Nok fani dirante kang rantee dalang mamat
Kembang rampe oli tuku ning pasar kramat
sintrene dirante kang rantee dalang mamat
Gulung gulung glasah ana sintren lagi turu
 

Penontone buru buru
Gulung gulung gelasah ana sintren lagi turu
Penontone buru buru
Selasih Selasih Sulandana
Menyangkuti ragae sukma
 

Ana sukma saking surga
Widadari temurunan
Selasih Selasih Sulandana
Menyangkuti ragae sukma
Ana sukma saking surga
Widadari temurunan

Ketika Ranggap (bahasa Indonesia: kurungan ayam) dibuka, maka Syair Ya Robana (ya Allah swt) yang mengingatkan para penonton untuk segera bertaubat dilantunkan oleh pesinden seperti berikut ;

Ya robana, robbana,robbana
Ya robana zhalamna anfusana
Wa inlam tagfirlana
Wa tarhamna lanakunanna
Min al-khosirin

Setelah Sintren keluar dari ranggap dan kemudian berdiri, syair dirubah untuk menunjukan bahwa sintren telah berdandan dan berganti baju serta para Panjak (pemain musik) siap untuk mengiringi penampilannya.

Turun turun sintren
Sintrene dandan suwe
Dandan kalunge sesumpinge
Dandan kalunge sesumpinge
Sintren joged manis meseme
Panjak songgot rame-rame

Ketika Sintren melakukan gerakan tarian pertama kali, maka syair dirubah kembali menunjukan bahwa Sintren telah siap, pada bagian ini prosesi melempar uang yang membuat sintren lemas tidak berdaya dilakukan.

Turun turun sintren
sintrene widadari
Nemu kembang yun ayunan
Nemu kembang yun ayunan
Kembange putri mahendra
Widadari temurunan

Ketika prosesi pelemparan uang sudah selesai, maka dalang akan memasukan sintren kembali ke dalam ranggap tanda bahwa pagelaran akan segera berakhir.

Kembang kilaras ditandur tengahe alas
Paman bibi aja maras
Dalang sintren jaluk waras
                                                                                   
Kembange srengenge surupe wayahe sore
Sawise lan sedurunge kesuwun ning kabehane
Syair Kembang Gewor

Pagelaran Sintren dibuka dengan syair seperti berikut ;

Turun-turun Sintren
Sintrene widadari
Nemu kembang ning ayunan
Nemu kembang ning ayunan
Kembange Siti Mahendara
Widadari temurunan ngaranjing ning awak ira

Ketika Sintren sudah masuk ke Ranggap (kurungan ayam) maka pesinden akan melanjutkan dengan syair Sih Solasih untuk mengiringi prosesi pelepasan rantai yang membelit sintren di dalam Ranggap.

Sih solasih sulandana
Menyan putih pengundang dewa
Ala dewa saking sukma
Widadari temurunan

Syair kemudian dilanjutkan dengan syairkembang Gewor yang mengiringi datangan para Bodoran (bahasa Indonesia: pelawak) yang mengiringi pagelaran Sintren.

Turun-turun sintren Sintrene widadari
Nemu kembang yun ayunan
Nemu kembang yun ayunan
Kembange si jaya Indra
Widadari temurunan
 

Kang manjing ning awak ira
Turun-turun sintren sintrene widadari
Nemu kembang yun ayunan
Nemu kembang yun ayunan
Kembange si jaya Indra
 

Widadari temurunan
Kembang gewor bumbung kelapa lumeor
Geol-geol bu Sintren garepan njaluk bodor
Bumbune kelapa muda
Goyang-goyang nyi sintern minta bodor

Syair kemudian dilanjutkan dengan syair kembang Kates, Kenangan dan Jae Laos yang menandakan pagelaran Sintren akan segera berakhir, seperti berikut ;

Kembang kates gandul
Pinggire kembang kenanga
Kembang kates gandul
Pinggire kembang kenanga
Arep ngalor garep ngidul
 

Wis mana gageya lunga
Kembang kenanga
Pinggire kembang melati
Kembang kenanga pinggire
 

Kembang melati
Wis mana gageya lunga
Aja gawe lara ati
Kembang jahe laos
Lempuyang kembange kuning
 

Kembang jahe laos
Lempuyang kembange kuning
Ari balik gage elos sukiki menea maning

Syair Metu sing konjarah (keluar dari kurungan)

Clikung lawung klontongena bandanira (Intip lihatlah dengan hati-hati, berkumpulah, bebaskan belenggumu)
Clikung lawung klontongena bandanira (Intip lihatlah dengan hati-hati, berkumpulah, bebaskan belenggumu)
Ari sukma ngelontong, ngelontong salin busana (seandainya jiwa sudah terbebas, bebaslah ganti pakaianmu)
Simbar-simbar pati, lamun dadi ja kesuwen (simbar-simbar pati (wangsalan Cirebon: rambut mati (uban) ), seandainya sudah muncul janganlah malu)
Simbar-simbar pati, lamun dadi ja kesuwen (simbar-simbar pati (wangsalan Cirebon: rambut mati (uban) ), seandainya sudah muncul janganlah malu)
Tokena sing konjarah, tokena sing konjarah (keluarlah dari kurungan, keluarlah dari kurungan)
Nya bebet nya iket nya sabuk sakeris (bebet (kain yang diikatkan dipinggang), iket (kain yang diikatkan dikepala), sabuk beserta kerisnya)

Syair Sintren dibanda (sintren dibelenggu)

Ayu sintren terapena bandanira (ayo sintren siapkan belenggumu)
Ayu sintren tangan ditaleni (ayo sintren tangan diikat)
Badan ditaleni (badan diikat)
Arep manjing ning konjarah (mau masih ke kurungan)
Pangeranira lara tangis (pemimpinmu sedang menderita dan menangis)
Tangise wong keyungyun (tangisannya orang yang menarik hati)
Turun-turun sintren, sintrene widadari (datang-datang sintren, sintrennya bidadari)
Nemu kembang yun-ayunan, nemu kembang yun-ayunan (nemu kembang hendak dibawa kemana?)
Kembange cahaya indra, widadari temurunan (kembangnya cahaya indra, bidadari sedang datang)
Ngrajinga ning badanira (memasuki badanmu)

Syair Wari lais (air suci)

Syair Sintren Wari Lais (air suci) atau yang secara harafiah berarti pemuda dengan niat yang suci sering diperdengarkan dalam berbagai media seni selain Sintren, diantaranya adalah dalam kesenian Tarling Cirebon, lirik Wari Lais masih suka diperdengarkan lewat para penyanyi Tarling seperti mimi Dadang Darniah pada era 70an dan kemudian Diana Sastra.
Wari lais klontongena bandanira (air suci (pemuda dengan tujuan mulia) ) lepaskanlah belenggu dirimu)
Dunung ala dunung (ditempat-tempat manapun)
Dunung ala dunung (ditempat-tempat manapun)
Si Dunung ing bahu kiwa (tempat-tempat sudah menjadi tangan kiri ("ekstrem kiri") (tuduhan belanda mengatakan rakyat itu pemberontak)
Pangeranira lara nangis (pimpinanmu sedang menderita dan menangis)

Syair Tambak-tambak Pawon (menyalakan dapur)

Sebelum tarian Sintren dimulai, untuk menghimpun masyarakat sekaligus memberitahu bahwa akan ada pagelaran tarian sintren, pesinden sintren bisanya melantunkan syair berikut

Tambak tambak pawon
Isie dandang kukusan
Ari kebul-kebul wong nontone pada kumpul

Setelah masyarakat sudah berkumpul, pesinden kemudian melanjutkan dengan syair selanjutnya

sintrén, sintréné widadari
Nemu kembang yun ayunan
Turun Nemu kembang yun ayunan
Kembangé si Jaya Indra
Widadari temurunan

Kang manjing ning awak ira                      
Turun-turun sintrén
Sintrené widadari
Nemu kembang yun ayunan
Nemu kembang yun ayunan
 

Kembangé si Jaya Indra
Widadari temurunan
Kembang katés gandul
Pinggiré kembang kenanga
Kembang katés gandul
 

Pinggiré kembang kenanga
Arep ngalor arep ngidul
Wis mana gagéya lunga
Kembang kenanga
Pinggiré kembang melati
 

Kembang kenanga
Pinggiré kembang melati
Wis mana gagéya lunga
Aja gawé lara ati
 

Kembang jaé laos
Lempuyang kembangé kuning
Kembang jaé laos
Lempuyang kembangé kuning
Ari balik gagé elos
 

Sukiki menéya maning
Kembang kilaras
Ditandur tengaé alas
Paman-bibi aja maras

Dalang sintrén jaluk waras

0 komentar:

Posting Komentar