Latar adalah keterangan
mengenai ruang, waktu serta suasana terjadinya peristiwa-peristiwa di dalam
suatu karya sastra atau kesenian. Latar diantaranya meliputi penggambaran
mengenai letak geografis, kesibukan si pelaku/ tokoh, waktu berlakunya peristiwa
tersebut, lingkungan agama, musim, moral, intelektual sisoal, serta emosional
si pelaku/ tokoh.
Latar tempat yaitu dimana
tempat tokoh atau pelaku mengalami kejadian atau peristiwa di dalam cerita. Seperti
misalnya : di sebuah gedung pertunjukan, di pantai, di panggung, dan lain sebagainya.
Sementara itu latar waktu adalah saat dimana tokoh ataupun si pelaku memerankan
sesuatu pada saat kejadian peristiwa dalam cerita yang sedang terjadi. Misalnya
seperti : pagi hari, siang hari, malam hari, di zaman dahulu, dan lain sebagainya.
Tempat yang biasanya di
gunakan untuk menampilkan pertunjukan Tarian
Sintren adalah tempat terbuka seperti lapangan, alun-alun, maksudnya ialah area
pertunjukan yang tidak ada batasnya antara penari sintren berserta pendukungnya
dengan penonton. Hal ini di maksudkan agar lebih komunikatif dengan di buktikan
pada saat acara balangan dan saweran, dimana anatara penonton dan penari
sintren terlihat menyatu dalam satu pertunjukan dengan ikutan menari pada saat
penonton nyawer kepada penari Sintren.
Latar suasana adalah
situasi dimana dan apa saja yang terjadi ketika saat si tokoh atau pelaku
melakukan sesuatu. Seperti misalnya : saat gembira, senang, sedih, lelah dan
sebagainya.
Latar alat adalah
peralatan apa saja yang di perlukan atau di pakai si pelaku dalam suatu cerita
dalam tarian sntren. Seperti misalnya : wadah kemenyan, tali tambang dan lain
sebagainya. Fungsi dari latar sendiri yaitu untuk memberikan suatu gambaran
yang jelas supaya peristiwa-peristiwa yang terjadi pada suatu karya seni benar-benar
terjadi atau memberikan informasi yang jelas mengenai situasi di dalam sebuah
cerita.
Waktu pagelaran penyajian
kesenian Sintren semula di sajikan pada waktu sunyi dalam malam bulan purnama,
karena menurut kepercayaan masyarakat bahwa sintren mengandung unsur magis dan
mistis, dimana unsur tersebut di percayai masyarakat bahwa masih ada hubungannya
dengan makhluk halus yang menjelma dan menyatu dengan sang penari sintren
tersebut.
Namun pada zaman sekarang
sintren bisa di pertunjukkan kapan saja, baik siang hari, ataupun di malam
hari, dan tarian sintren tidak lagi bergantung pada malam bulan purnama. Pada saat
ini pertunjukan sintren hanya bergantung pada cuaca, bila cuaca cerah dan
memungkinkan untuk mengadakan sintren dan di tambah adanya persetujuan dari
kepala desa dan masyarakat sepakat, maka akan di adakan pertunjukan kesenian
tari sintren. Sedangkan apabila cuaca tidak memungkinkan untuk mengadakan
pertunjukan sintren, yang di sebabkan karena hujan maka tidak ada pertunjukan
sintren.
Fungsi dari adanya
kesenian sintren ini adalah sebagai sarana hiburan masyarakat, untuk para
masyarakat pesisir yang awal mulanya sintren di pertunjukan ketika anak-anak
pesisir sedang menunggu orang tuanya pulang dari laut untuk mencari ikan. Saranan
hiburan masyarakat yaitu apresiasi seni, dan nilai-nilai estetik masyarakat
yang di gunakan untuk keperluan upacara-upacara ritual seperti : pembersihan
desa, sedekah laut, upacara tolak bala, nadzar, ruwatan dan pernikahan.
Adapun 3 fungi pertunjukan
sintren antara lain :
1. Sebagai
sarana hiburan masyarakat terutama masyarakat pesisir pantai.
2. Melestarikan
kebudayaan tradisional Indonesia yang terlah di wariskan oleh para leluhur terdahulu.
3. Sebagai
ajang untuk pencarian jodoh dan pengais rezeki dari kesenian sintren, karena
biasanya dalam setiap pertunjukan seni selalu ada para pedangang untuk
menjajakan dagangannya dengan tujuan dagangannya laris di beli oleh para
penonton tari sintren.
4. Biasanya
di gunakan untuk keperluan upacara-upacara ritual, upacara ritual adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan terutama untuk tujuan simbolis. Ritual biasanya
dilaksanakan berdasarkan suatu agama atau bisa juga berdasarkan tradisi dari
suatu komunitas tertentu. Kegiatan-kegiatan dalam ritual biasanya sudah di atur
dan di tentukan, juga tidak dapat di alkukan secara sembarangan, seperti upacara
ruat bala atau ruwatan adalah salah
satu bentuk upacara atau ritual penyucian yang hingga saat ini tetap di
lestarikan oleh kebanyakan masyarakat jawa. Tradisi ini di berlakukan bagi
orang yang Nandang Sukerta atau berada dalam dosa. Meruwat bisa berarti
mengatasi atau menghindari sesuatu kesusahan bathin dengan cara mengadakan
pertunjukan atau ritual
Berbicara tentang dan
budaya, Indonesia ini bisa dibilang gudangnya budaya dan tradisi. Tak salah kenapa
demikian, karena faktanya negara kita ini memiliki ragam budaya dan tradisi
yang tak akan habis di hitung, di tulis, apalagi di sebut satu persatu. Berbagai
macam tradisi tersemat cantik di bentangan barat ke timur Indonesia yang begitu
luas ini.
Soal tradisi, tarian jadi
salah satu jagoannya Indonesia. Ada banyak jenis tarian di negara ini dan
masing-masingnya punya keunikan tersendiri, termasuk yang paling fenomena adalah
Tarian Sintren. Tarian khas Cirebon ini berbeda dengan tarian lain, karena
dalam prakteknya tak hanya melibatkan manusia saja tetapi juga melibatkan para
roh-roh halus. Tarian unik ini biasanya di lakukan dalam waktu-waktu tertentu,
dan ketika di pentaskan selalu di tunggu bahkan tidak hanya du tunggu oleh
masyarakat indinesia saja tetapi juga di tunggu oleh warga asing.
Setiap hal pasti
mempunyai sejarah dan keunikan tersendiri, sintren pun demikian. Sejarah adalah
kejadian yang terjadi pada masa lampau yang di susun berdasarkan peninggalan-peninggalan
berbagai peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya. Peningalan-peninggalan itu
di sebut sebagai sumber sejarah. Dalam sejarah terdapat 3 aspek dalam sejarah,
yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang. Masa lampau yakni di jadikan titik tolak untuk masa yang akan
datang sehingga sejarah mengandung pelajaran tentang nilai dan moral. Masa kini,
sejarah akan dapat di pahami oleh generasi penerus dari masyarakat yang
terdahulu sebagai suatu cermin untuk menuju kemajuan dalam bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Lalu, keunikan adalah sesuatu yang dapat di katakan
beda dari yang lain.
Sejarah yang di
latarbelakangi tarian ini adalah kisah cinta antara Raden Sulandono dan Putri
Sulasih yang berasal dari Desa Kalisalak. Raden Sulandono merupakan seorang
putra dari Ki Bahurekso atau bupati Kendal dengan Dewi Rantamsari atau di kenal
sebagai Dewi Lanjar. Pada hubungan ini asmara antara Raden Sulandono dan Putri
Sulasih tidak di setujui oleh ayah dari Raden Sulandono. Akhirnya Sulasih
mengabdikan dirinya sebagai penari sedangkan Raden Sulandono pergi bertapa. Sang
roh ibu dari Raden Sulandono yaitu Dewi Lanjar sedang mengatur pertemuan Raden
Sulandono dengan Putri Sulasih. Ia memasukkan roh bidadari pada tubuh Sulasih
dan memanggil Raden Sulandono, anaknya yang saatbitu dengan bertapa. Raden Sulandono
dan Sulasih tetap bertemu walaupun di alam gaib dan masih berlangsung hingga
saat ini. Sejak saat itu masyarakat mengdakan tarian sintren di setiap acara-acara
tradisional.
0 komentar:
Posting Komentar