Senin, 30 Desember 2019

Latar penyajian dan fungsi dari Tarian Sintren



Latar adalah keterangan mengenai ruang, waktu serta suasana terjadinya peristiwa-peristiwa di dalam suatu karya sastra atau kesenian. Latar diantaranya meliputi penggambaran mengenai letak geografis, kesibukan si pelaku/ tokoh, waktu berlakunya peristiwa tersebut, lingkungan agama, musim, moral, intelektual sisoal, serta emosional si pelaku/ tokoh.
Latar tempat yaitu dimana tempat tokoh atau pelaku mengalami kejadian atau peristiwa di dalam cerita. Seperti misalnya : di sebuah gedung pertunjukan, di pantai, di panggung, dan lain sebagainya. Sementara itu latar waktu adalah saat dimana tokoh ataupun si pelaku memerankan sesuatu pada saat kejadian peristiwa dalam cerita yang sedang terjadi. Misalnya seperti : pagi hari, siang hari, malam hari, di zaman dahulu, dan lain sebagainya.

Tempat yang biasanya di gunakan untuk menampilkan pertunjukan  Tarian Sintren adalah tempat terbuka seperti lapangan, alun-alun, maksudnya ialah area pertunjukan yang tidak ada batasnya antara penari sintren berserta pendukungnya dengan penonton. Hal ini di maksudkan agar lebih komunikatif dengan di buktikan pada saat acara balangan dan saweran, dimana anatara penonton dan penari sintren terlihat menyatu dalam satu pertunjukan dengan ikutan menari pada saat penonton nyawer kepada penari Sintren.
Latar suasana adalah situasi dimana dan apa saja yang terjadi ketika saat si tokoh atau pelaku melakukan sesuatu. Seperti misalnya : saat gembira, senang, sedih, lelah dan sebagainya.
Latar alat adalah peralatan apa saja yang di perlukan atau di pakai si pelaku dalam suatu cerita dalam tarian sntren. Seperti misalnya : wadah kemenyan, tali tambang dan lain sebagainya. Fungsi dari latar sendiri yaitu untuk memberikan suatu gambaran yang jelas supaya peristiwa-peristiwa yang terjadi pada suatu karya seni benar-benar terjadi atau memberikan informasi yang jelas mengenai situasi di dalam sebuah cerita.
Waktu pagelaran penyajian kesenian Sintren semula di sajikan pada waktu sunyi dalam malam bulan purnama, karena menurut kepercayaan masyarakat bahwa sintren mengandung unsur magis dan mistis, dimana unsur tersebut di percayai masyarakat bahwa masih ada hubungannya dengan makhluk halus yang menjelma dan menyatu dengan sang penari sintren tersebut.
Namun pada zaman sekarang sintren bisa di pertunjukkan kapan saja, baik siang hari, ataupun di malam hari, dan tarian sintren tidak lagi bergantung pada malam bulan purnama. Pada saat ini pertunjukan sintren hanya bergantung pada cuaca, bila cuaca cerah dan memungkinkan untuk mengadakan sintren dan di tambah adanya persetujuan dari kepala desa dan masyarakat sepakat, maka akan di adakan pertunjukan kesenian tari sintren. Sedangkan apabila cuaca tidak memungkinkan untuk mengadakan pertunjukan sintren, yang di sebabkan karena hujan maka tidak ada pertunjukan sintren.
Fungsi dari adanya kesenian sintren ini adalah sebagai sarana hiburan masyarakat, untuk para masyarakat pesisir yang awal mulanya sintren di pertunjukan ketika anak-anak pesisir sedang menunggu orang tuanya pulang dari laut untuk mencari ikan. Saranan hiburan masyarakat yaitu apresiasi seni, dan nilai-nilai estetik masyarakat yang di gunakan untuk keperluan upacara-upacara ritual seperti : pembersihan desa, sedekah laut, upacara tolak bala, nadzar, ruwatan dan pernikahan.
Adapun 3 fungi pertunjukan sintren antara lain :
1.     Sebagai sarana hiburan masyarakat terutama masyarakat pesisir pantai.
2.     Melestarikan kebudayaan tradisional Indonesia yang terlah di wariskan oleh para leluhur terdahulu.
3.     Sebagai ajang untuk pencarian jodoh dan pengais rezeki dari kesenian sintren, karena biasanya dalam setiap pertunjukan seni selalu ada para pedangang untuk menjajakan dagangannya dengan tujuan dagangannya laris di beli oleh para penonton tari sintren.
4.     Biasanya di gunakan untuk keperluan upacara-upacara ritual, upacara ritual adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan terutama untuk tujuan simbolis. Ritual biasanya dilaksanakan berdasarkan suatu agama atau bisa juga berdasarkan tradisi dari suatu komunitas tertentu. Kegiatan-kegiatan dalam ritual biasanya sudah di atur dan di tentukan, juga tidak dapat di alkukan secara sembarangan, seperti upacara ruat bala atau ruwatan adalah salah satu bentuk upacara atau ritual penyucian yang hingga saat ini tetap di lestarikan oleh kebanyakan masyarakat jawa. Tradisi ini di berlakukan bagi orang yang Nandang Sukerta atau berada dalam dosa. Meruwat bisa berarti mengatasi atau menghindari sesuatu kesusahan bathin dengan cara mengadakan pertunjukan atau ritual
Berbicara tentang dan budaya, Indonesia ini bisa dibilang gudangnya budaya dan tradisi. Tak salah kenapa demikian, karena faktanya negara kita ini memiliki ragam budaya dan tradisi yang tak akan habis di hitung, di tulis, apalagi di sebut satu persatu. Berbagai macam tradisi tersemat cantik di bentangan barat ke timur Indonesia yang begitu luas ini.
Soal tradisi, tarian jadi salah satu jagoannya Indonesia. Ada banyak jenis tarian di negara ini dan masing-masingnya punya keunikan tersendiri, termasuk yang paling fenomena adalah Tarian Sintren. Tarian khas Cirebon ini berbeda dengan tarian lain, karena dalam prakteknya tak hanya melibatkan manusia saja tetapi juga melibatkan para roh-roh halus. Tarian unik ini biasanya di lakukan dalam waktu-waktu tertentu, dan ketika di pentaskan selalu di tunggu bahkan tidak hanya du tunggu oleh masyarakat indinesia saja tetapi juga di tunggu oleh warga asing.
Setiap hal pasti mempunyai sejarah dan keunikan tersendiri, sintren pun demikian. Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau yang di susun berdasarkan peninggalan-peninggalan berbagai peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya. Peningalan-peninggalan itu di sebut sebagai sumber sejarah. Dalam sejarah terdapat 3 aspek dalam sejarah, yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang. Masa lampau yakni di jadikan titik tolak untuk masa yang akan datang sehingga sejarah mengandung pelajaran tentang nilai dan moral. Masa kini, sejarah akan dapat di pahami oleh generasi penerus dari masyarakat yang terdahulu sebagai suatu cermin untuk menuju kemajuan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Lalu, keunikan adalah sesuatu yang dapat di katakan beda dari yang lain.   
Sejarah yang di latarbelakangi tarian ini adalah kisah cinta antara Raden Sulandono dan Putri Sulasih yang berasal dari Desa Kalisalak. Raden Sulandono merupakan seorang putra dari Ki Bahurekso atau bupati Kendal dengan Dewi Rantamsari atau di kenal sebagai Dewi Lanjar. Pada hubungan ini asmara antara Raden Sulandono dan Putri Sulasih tidak di setujui oleh ayah dari Raden Sulandono. Akhirnya Sulasih mengabdikan dirinya sebagai penari sedangkan Raden Sulandono pergi bertapa. Sang roh ibu dari Raden Sulandono yaitu Dewi Lanjar sedang mengatur pertemuan Raden Sulandono dengan Putri Sulasih. Ia memasukkan roh bidadari pada tubuh Sulasih dan memanggil Raden Sulandono, anaknya yang saatbitu dengan bertapa. Raden Sulandono dan Sulasih tetap bertemu walaupun di alam gaib dan masih berlangsung hingga saat ini. Sejak saat itu masyarakat mengdakan tarian sintren di setiap acara-acara tradisional.

0 komentar:

Posting Komentar