Senin, 30 Desember 2019

Sintren (Sekar Pandan)

         
        
             Salah satu snaggar di Cirebon yaitu Sanggar seni Sekar pandan tetap berdiri kokoh selama puluhan tahun untuk mengajarkan seni tradisional. Sanggar Seni Sekar pandan ini mengembakan seni tari tradisional, seni rupa, seni musik, dan suara. Sanggar Seni Sekar Pandan merupakan sanggar seni yang mengajarkan berbagai kesenian khas Cirebon, sanggar ini merupakan sanggar yang didirikan oleh Bapak Elang Heri Komaharadi pada tanggal 05 mei 1992 dibawah binaan keraton Cireob, sanggar ini sudah berdiri sekitar 7 tahun lamanya yang beralamat di RT04/RW02, komplek Kraton Kacirebonana No.74 Desa Sekar pandan tepatnya di Pasar Jagasatru. Nama Sekar pandan memiliki makna "sekar" yang artinya bunga dan "pandan" yang artinya daun pandan artinya, sekar apndan merupakan bunga pandan yang memiliki harum dan dapat disimpulkan bahwa sanggar ini bisa seharum dan sewangi bunga pandan. Nama sekar pandan juga diambil dari tokoh pewayangan Puna Kawan yang memiliki karakter rajin, humoris, dan memiliki kesetiaan yang kuat dari situlah nama sekar pandan tercipta dengan harapan bahwa sanggar seni sekar pandan dapat seperti karakter pewayangan "Puna Kawan".
          Sanggar ini mengajarkan banyak sekali seni tari, salah satunya adalah tari sintren, nama Sintren dalam tarian ini berasal dari suku kata "Si" yang berarti dia dan "tren: yang merupakan panggilan dari seorang "putri" tarian sintren ini berasal dari Pulau Jawa khususnya di Cirebon. Tarian sintren meskipun tarian yang berasal atau khas dari Cirebon tapi beberapa daerah lain juga diketahui melakukan atau menpunyai tarian yang sama. Misalnya Indramayu, Majalengka, Banyumas, Kuningan, Tegal, Pemalang, dan wilayah Jawa Tengah yang lainnya. Tarian Sintren dibeberapa kota ini tak memiliki perbedaan yang mencolok kurang lebih hampir sama.
          Setiap hal pasti punya sejarahnya sendiri. Sintren pun demikian sejarah yang melatar belakangi tarian ini adalah kisah cinta antara Raden Sulandono dan Putri Sulasih yang berasal dari Desa kalisalak. raden Sulandono merupakan putra dari Ki Bahurekso bupati Kendal dengan Dewi Rantamsari, ataub dikenal sebagai Dewi Lanjar. Hubungan asmara antara Raden Sulandono dan Sulasih tidak disetujui oleh Ki Bahurekso. Akhirnya Sulasih mengabdikan dirinya sebagai penari sedangkan Raden Sulandono pergi pertapa. 
          Roh ibu dari Raden Sulandono yaitu Dewi Lanjar sedang mengatur pertemuan antara Raden Sulandono dengan Sulasih, ia memasukkan roh bidadari pada tubuh Sulasih untuk memanggil Raden Sulandono, anaknya yang saat itu sedang bertapa Raden Sulandono dan Sulasih tetap bertemu walaupun di alam gaib hingga saat ini, sejak saat itu msyarakat mengadakan tarian sintren disetiap acara-acara tradisional.
          Tarian  sintren ini dilakukan oelh gadis perawan yang diiringi enam orang pemain dendang. Musik yang dimainkan tidak hanya gendang saja, melainkan alat musik yang berbahan gambyung atau lembikar serta kipas dari bambu sehingga dapat menimbulkan musik yang khas. Unsur-unsur tarian ini memiliki simbol masing-masing. Penari sintern, yaitu sigandis perawan fokus sebagai pemain utamanya. Perlengkapa tarian seperti kurungan besar, sesaji, tali dan kemenyan sebagai doa pemanggil roh bidadari. Gerakan sebagai simbol roh bidadari telah masuk dalam tubuh si gadis. Iringan musik tradisional dan tata rias penari disimbolkan bahwa si gadis telah dikendalikan oleh roh bidadari. Pakaian yang dikenaka biasanya menggunakan baju golek dan celana cinde.
          Awalnya tengan gadis penari ini diikat oleh semua pawang dalam keadaan tidak berdandan, kemuadian mereka memasukkan gadis itu kedalam kurungan sempit. Ajaibnya setelah urungan bergetar, maka si gadis penari itu keluar dari kurungan yang berbeda dari keadaan semula. Tangan gadis yang semula terikat sekrang sudah tidak terikat lagi. Penampilannya sudah berdandan cantik dengan mengenakan kacamata hitam. Gadis penari Tarian Sintren ini siap menari tanpa kendali atau menari dalam keadaan kesurupan.

0 komentar:

Posting Komentar