Secara etimologi kata “media”
berasal dari bahasa latin, yaitu “medius” yang artinya “tengah, perantara atau
pengantar”. Istilah media pada umumnya merujuk pada suatu yang di jadikan
sebagai wadah, alat, atau sarana untuk melakukan komunikasi. Media adalah suatu
sarana atau alat perantara yang dapat berfungsi untuk menyalurkan pesan atau informasi
dari suatu sumber ke peneriman pesan. Menurut para ahli media adalah suatau
alat bantu yang dapat di gunakan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan.
Ø Secara
umum, media memiliki fungsi diantaranya adalah :
1. Sebagai
sarana informasi kepada masyarakat.
2. Membantu
mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera.
3. Sebagai
sarana untuk mengekspresikan pendapat, ide, dan gagasan kepada khalayak.
4. Sebagai
sarana untuk mendapatkan hiburan, relaksasi, dan pengalihan perhatian dari
keterangan sosial.
5. Sebagai
sarana pendidikan bagi masyarakat secara umum, dan bagi para siswa secara
khusus.
6. Sebagai
sarana untuk melakukan pengawasan atau kontrol sosial bagi masyarakat.
Ø Jenis-jenis
media
1.
Media Audio, merupakan jenis media yang
melibatkan indera pendengaran (telinga) yang memanipulasi kemampuan suara. Pesan
yang dapat disampaikan dalam media audio adalah pesan verbal (bahasa lisan atau
kata-kata) dan non-verbal (musik, vokalisasi, bunyi-bunyian lainnya).
2.
Media visual, merupakan jenis media yang
melibatkan indera penglihatan (mata). Beberapa media visual di antaranya :
a. Media
visual verbal, berisi pesan verbal atau pesan linguistik berbentuk tulisan. Misalnya,
buku, majalah, surat kabar, dan lainnya.
b. Media
visual grafis, merupakan media visual yang berisi pesan non-verbal dimana pesan
berupa simbol-simbol atau unsur-unsur grafis. Misalnya sketsa, foto, gamabr,
diagram, peta, dan lain sebagainya.
c. Mredia
visual non-cetak, merupakan media visual yang berisi pesan dalam bentuk tiga
dimensi. Misalnya diorama, miniatur, model, dan lain sebagainya.
3.
Media audio visual, adalah jenis media
yang melibatkan indera pendengaran dan indera penglihatan secara bersamaan
dalam satu proses. Pesan yang di salurkan pada jenis media ini bersifat verbal
dan non-verbal.misalnya film drama, film dokumenter, dan lain sebagainya.
Sementara, dakwah adalah
kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan
taat kepada Allah SWT sesuai dengan garis aqidah, syari’at dan akhlak islam. Dakwah
merupakan masdardari kata kerja da’a yad’u yang berarti panggilan, seruan, atau
ajakan.
Jadi media dakwah adalah salah satu
komponen dakwah yang perlu di kembangkan untuk mencapai tujuan tertentu. Media dakwah
juga sebagai sarana atau alat untuk mempercepat ide-ide dakwah agar dapat di
pahami dan di terima oleh mad’u. Oleh karena itu, media dakwah perlu menjadi
perhatian para pelaksana dakwah. Kepiawaian juru dakwah yang tepat akan
memudahkan penyampaian dakwah atau berita yang akan di sampaikan. Bentuk-bentuk
media dakwah antara lain Lisan (seperti
khutbah, nasehat, pidato, ceramah, kuliah, diskusi, seminar, dan lain
senagainya), Tulisan (seperti
buku-buku, majalah, surat kabar, kuliah-kuliah tertulis, spanduk dan lain
sebagainya), Lukisan (seperti
gambar-gambar hasil seni lukis, foto, film, cerita, dan lain sebagainya), Audio
Visual (seperti suatu cara penyampaian yang sekaligus merangsang penglihatan dan
pendengaran), Akhlak ( perilaku yang
tercermin dalam kehidupan sehari-hari dapat di jadikan media dakwah), dan yang
terkahir Budaya (kebiasaan yang dimanfaatkan
untuk media dakwah).
Menurut pembina Rumah
Budaya Nusantara Pesambangan Jati, Sintren jika di tinjau dari awal kemunculannya
pada masa animisme hingga masa hindu-budha Sintren di gunakan sebagai media
untuk mendeaktkan diri dan berkomunikasi dengan arwah para leluhur atau para
dewi-dewi yang di anggap memilki kekuasaan tertinggi di alam jagat raya. Hal ini
dapat di buktikan dari bentuk praktek pertunjukannya yang selalu disandingkan dengan
menggunakan sesajen, dupan, kemenyan
dengan tujuan agar mereka dapat memohon perlindungan dan pertolongan secara lebih
sakral.
Selain dari pada itu, Sintren
juga di pertunjukkan sebagai salah satu media sosial untuk menghibur berbagai
masalah kehidupan baik yang bersifat umum maupun yang bersifat pribadi, menurut
keyakinan mereka setiap permohonan atau hajar hanya dapat di kabulkan melalui
ritual-ritual tersebut. Kemudian pada menghadapi tantangan, dan telah di ketahui
bersama bahwa langkah para wali dalam rangka menyebarkan agama islam ke
daerah-daerah di lakukan dengan cara pendekatan kulkur dan budaya, mengingat
watu pada saat itu masyarakat masih kuat memegang teguh adatistiadat agama terdahulunya.
Dengan kecerdikan dan
kecerdasan, para ahli memanfaatkan kesenian sintren ini untuk menyiapkan
ajaran-ajaran Islam kepada masyarakat, sehingga ajaran-ajaran Islam dapat di terima
tanpa menimbulkan banyak konfrontasi dan pertumpahan darah.
Dengan cara asimilasi ini
ajaran Islam mulai di serap sedikit demi sedikit oleh masyarakat dan menjadi
perunjukan yang banyak mengandung nilai-nilai falsafat, diantarnya :
1. Pemeran
utama Sintren, yaitu lais atau Sintren dan dalang berjumlah 2 orang melambangkan
2 kalimat syahadat yakni syahadat tauhid dan syahadat Rasul.
2. Jenis
waditra (pemusik) yang 4 melambangkan 4 iman, tauhid, ma’rifar, Islam.
3. Jumlah
Nayaga yang 5 melambangkan rukun Islam yakni, syahadat,sholat, zakat,puasa,
serta haji.
4. Pembawa
lagu, pemain dan lain-lain berjumlah 20 orang melambangkan sifat-sifat Tuhan
yang 20 jumlahnya.
5. Kurungan
dan lais/sintren melambangkan badan jasmani dan rohani, yang pada waktunya akan
di pisahkan atas kehendak Yang Maha Kuasa seperti kurungan yang ditinggalkan
olrh lais (pemain Sintren)
6. Demikian
pula pesan yang terdapat dalam syair-syair Sintren, semuanya mengandung
falsafah hidup yang cukuo dalam dan harus di sampaikan kepada penonton karena
mengandung hikmah dan tata nilai luhur.
Dengan
demikian, Sintren merupakan salah satu kesenian yang mempunyai makna simbolik
tinggi di tampilkan dan di ajarkan guna mendidik generasi muda, serta membentuk
karakter bangsa yang memiliki peradaban tinggi relevan dengan perkembangan
zaman.
Analisis
nilai-nilai dakwah dalam pertunjukan Sintren Di Rumah Budaya Nusantara
Pesambangan Jati Cirebon. Nilai merupakan esensi yang melekat pada sesuatu yang
sangat berarti bagi kehidupan manusia. Esensi di sini belum berarti sebelum di
butuhkan oleh manusia tetapi tidak berarti adanya esensi karena adanya manusia
yang membutuhkan, hanya saja kebermaknaan esensi tersebut semakin mengikat sesuai
dengan peningkatan daya terhadap dan pemaknaan
manusia sendiri.
Sintren berasal dari dua suku kata “si” dan “tren”,
Si dalam bahasa jawa “ia” atau dia, dan “tren” berarti “tri” atau panggilan dari
kata “putri”, sehingga sintren adalah siputri
yang menjadi obyek utama dalam pertunjukan sintren. Ada juga yang menafsirkan
bahwa sintren berasal dari kata sesantrian,
yang artinya meniru pelaku dan cara berpakaiannya
Sintren
merupakan suatu bentuk kesenian alternatif kolaborasi anatar seni drama dan
seni tari, pertunjukan sintren bisa memiliki banyak arti tergantung siapa yang
melihat dan menikmatinya. Sintren juga merupakan kesenian yang sarat akan
simbol-simbol yang bermakna dan berfungsi mengarahkan pemahaman subyek (pemain)
pada obyek (penonton)
0 komentar:
Posting Komentar