Senin, 30 Desember 2019

Macam-macam kesenian Cirebon

          
   

         Gong renteng Cirebon (bahasa Indonesia Gamelan Renteng Cirebon) merupan satu set alat musik yang terdiri atas bonang dan lalinnya yang dipergunakan untuk kepentingan dakwah islam di Cirebon, berapa nama gong renteng yang berasal dari wilayah Cirebon dianta lai adalah Ki Muntili, Mega Mendung, si Kangkung, Si Banjir, Pangkur tamu, Bule bandung, si Dingklik, Buntel mayit dan Ki Gamel serta ki buyut Bulak (yang disimpan di Indramayu) alat musik serupa juga terdapat di kabupaten Sumedang dengan jumlah yang terbatas, salah satunya tempat yang masik menyimpan gong renteng di Kabupaten Sumedang tepatnya berada di desa Cisarua, selain itu di Kabupaten Kuningan juga dapat ditemui gong rentang dengan nama pengunggah manah (bahasa Indonesia: penguat rasa).
          Gong renteng Cirebon berkaitan erat dengan kisah Ki gede Gamel yaitu Ki Windu Aji yang diminta kesediannya oleh mataram untuk merawat kuda-kuda milik Mataram, setelah selesai menjalankan tugasnya Mataram memberikan upah dan seperangkat gamelan yang oelh Ki Wundu Aji dibawa ke Cirebon, di Cirebon renteng uang juga dikenal dengan nama gong Dawa (bahasa Indonesia: Gamelan dakwah) karena fungsinya untuk syair agama islam. Masyarakat adat Cirebon mempercayai kisah dibawanya gong Renteng (bahasa Indonesia: Gamelan Renteng) ke Cirebon dari wilayah Mataram terjadi pada masa sunan Gunung Jati masik memerintahkan sebagian Sultan di kesultanan Cirebon.
          Gong Sekati Cirebon, (bhasa Indonesia gamelan sekati Cirebon) merupakan satu buah set alat musik yang dipergunakan diwilayah budaya Cirebon dan sekitarnya yang biasanya terdiri dari bonang, gong dan lainnya. Keberadaan gong sekati di Cirebon sangat erat kaitannya dengan dakwah dan syiar islam.
          Pangeran Sulaeman Sulendraningrat dalam bukunya sejara Cirebon menjelaskan bahwa setelah wafatnya Pangeran Sebrang Lor (Sultan Demak kedua) pada tahun 1521. Ratu Ayu  putri Sunan Jati (Sultan Cirebon kedua) dan istrinya dari Pangeran Sebrang Lor (Sultan Demak kedua) kemudian membawa gamelan dakwah yang disebut "Sukahati" (bahasa Indonesia: kebahagiaan karena ikhlas) kewilayah Cirebon dari Demak disebut sebagai benda untuk mengenang mendiang suaminya. Budayawan Cirebon meyakini bahwa Gong Sukanati(bahasa Indonesia gong sekati) merupakan alat musik gamelan dakwah pertaa yang dibawa masuk ke Cirebon dari Demak. Sementara Cirebon sudah memiliki gamelan dakwahnya sendiri disaat yang sama.
          Lukis Kaca, konon sejak abad 17 Masehi, lukisan kaca telah dikenal di Cirebon bersamaan dengan berkembangnya agama Islam di Pulau Jawa. Pada masa pemerintahan Panembahan Ratu di Cirebon, lukisan kaca sangat terkenal sebagai media dkwah islam yang berupa Lukisan Kaca Kaligrafi dan lukisan kaca wayang. 
       Sejalan dengan perkembangan waktu, maka perkembangan lukisan kaca masik terasa ekstensinya sebagai Cinderamata Spesifik Khas Cirebon, mangapa lukisan kaca disebut sebagai produk spresifik? karena lukisan kaca Cirebon dilukis dengan teknik terbaik, kaya akan gradasi warna dan harmonisasi nuansa dekoratif serta menampilkan ornamen atau ragam hias motif Mega Mendung dan Wadasan yang kita kenla sebagai motif Batik Cirebon.
             Tari Toepng Cirebon, adalah salah satu tarian dwilayah kesultanan Cirebon, tari topeng Cirebon  ini merupakan kesenian asli asal daerah Cirebo,termasuk Subang, Indramayu, Jatibarang, Majalengka, Losari, dan Brebes. Disebuttari topeng karena penarinya menggunakan topeng disaat memainkan karakter topeng-topeng tersebut. Tari topeng ini sendiri banyak sekali ragamnya dan mengalami perkembangan dalam hal gerakan maupun cerita yang ingin diampaikan. Terkadang tari toepng dimainkan oleh satu penari tarian solo, atau bisa juga dimainkan oleh beberapa oarang.
               Batik, adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama, Perempuan -perempuan Jawa dimasa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian,  sehingga dimasa lalu pekerjaan mambatik adalah pekerjaan ekslusif perempuan sampai ditemukannya batik cap yang memungkinkan masuknya laki-laki kedalam bidang ini, ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak Mega Mendung, dimana dibeberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum laki-laki.
              Ragam corak dan warna batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing, awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberpa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh orang Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phonix. Bangsa Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa  oleh penjajah (gedung atau kereta kuda) termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisional tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.

0 komentar:

Posting Komentar