Kesenian
Cirebon merupakan bentuk alkulturasi budayan. Hindu-Budha yang tumbuh di jawa
dan sunda yang saling tumpang tindih yang dipengaruhi oleh letak geografis dan
sejarah dimana Cirebon sebagai pusat perdagangan asing pada masanya yang
menyebabkan ke beragaman budaya dan seni yang dipengaruhi oleh budaya-budaya
bangsa asing yang pernah masuk ke Cirebon. Dan setiap kesenian dan ada selalu
memiliki lambang-lambang khas yang menghiasi benda kesenian tersebut yang
memiliki makna kegagamaan. Pola-pola abstrak seperti bentuk swastika atau
wajak,ragam hias hayat dan dan bentuk batu karang yang bergay khas yang
dinamakan wadas, merupakan semua lambaang kehidupan kerohanian dan orgaanis
sebelum Hindu masuk ke pulau jawa. Kesenian ini juga banyak di gunakaan sebagai
dalam proses penyebaran agama islam.Wali sanga misalnya, para wali ini
menggunakan kesenian sebagai mediaa dakwah untuk mencapai hati nurani rakyat
kesenian yang awal mulanya hanya sebuah nontonan disitu diselipi nilai-nilai
keagamaan sehingga selain sebagai hiburan kesenian ini merupakan tuntunan bagi
siapa yang melihatnya yang memiliki makna keagma.
Banyak kesenian yang ada di Cirebon contohnya Seni musik, tari, seni lukis, seni pahat, dan aristektur telah mencapai dimensi- dimensi baru yang kini kesenian tersebut terus dikembangkan dan dilestarikan oleh para remaja sebagai warisan leluhur.Budaya Cirebon adalah sebuah entitas yang khas dan unik, tidak bisa diabaikan begitu saja dalam kajian kebudayaan etnis di Indonesia. Kondisi geografisnya sangat memungkinkan terjadinya persilangan budaya, terutama budaya Sunda, Jawa, Cina, Arab, India, dan terakhir budaya Barat yang diterima dengan penuh bangga oleh kaum muda.Masa-masa kolonial dan pemaksaan sikap feodalistik telah menimbulkan suatu sikap Resistence of Colonised perlawanan si terjajah terhadap coloniser (penjajah). Posisi Geopolitik Cirebon memaksakan keharusan kepemimpinan yang kuat, ”lemah berarti bencana”. Di tengah dua kekuatan politik dan militer (Mataram dan Belanda) dan dua kekuatan kultural (Sunda dan Jawa) yang sebagai the other. Sikap egaliternya merasa diinjak-injak, tak mampu melakukan perlawanan fisik karena kehilangan daya organisasinya. Wong Cherbon melakukan pemerdekaan kultural.
Banyak kesenian yang ada di Cirebon contohnya Seni musik, tari, seni lukis, seni pahat, dan aristektur telah mencapai dimensi- dimensi baru yang kini kesenian tersebut terus dikembangkan dan dilestarikan oleh para remaja sebagai warisan leluhur.Budaya Cirebon adalah sebuah entitas yang khas dan unik, tidak bisa diabaikan begitu saja dalam kajian kebudayaan etnis di Indonesia. Kondisi geografisnya sangat memungkinkan terjadinya persilangan budaya, terutama budaya Sunda, Jawa, Cina, Arab, India, dan terakhir budaya Barat yang diterima dengan penuh bangga oleh kaum muda.Masa-masa kolonial dan pemaksaan sikap feodalistik telah menimbulkan suatu sikap Resistence of Colonised perlawanan si terjajah terhadap coloniser (penjajah). Posisi Geopolitik Cirebon memaksakan keharusan kepemimpinan yang kuat, ”lemah berarti bencana”. Di tengah dua kekuatan politik dan militer (Mataram dan Belanda) dan dua kekuatan kultural (Sunda dan Jawa) yang sebagai the other. Sikap egaliternya merasa diinjak-injak, tak mampu melakukan perlawanan fisik karena kehilangan daya organisasinya. Wong Cherbon melakukan pemerdekaan kultural.
Dengan
mencomot bagian-bagian budaya para penghimpitnya, lahirlah suatu kultur yang
diakui sebagai jati diri wong Cherbon, tanpa membuat para penghimpitnya
tersinggung, karena sikap konfrontasinya dihilangkan dan karakteristik
koeksistensi dan kooperasinya dikedepankan. Cirebon pun menjadi khas pada
bahasanya, keseniannya, tradisinya dan ide-ide yang diyakinkannya. Lahirlah
tarling untuk menyatakan dirinya sejajar dalam koeksistensinya dengan Barat
dicontohnya gitar, ditaklukannya dia lalu dimasukannya kedalam sistem nilai
timur ( gamelan ), untuk kemudian betul-betul menjadi Cirebon. Lahir pula seni
Burok dengan ditingkahi musik dog-dog, ia adalah Cirebon yang lahir dari Trans
Kultural dengan angka persilangan budaya didalamnya, Burok walaupun dalam
perwujudannya lahir dari sinkretisme Agama kultur Hamiyah-Samiyah (AD, AL
Marzdedek, Parasit Akidah), ia dianggap mewakili Islam. Macan mewakili kultur
keberanian dan kegagahan Siliwangi dan Cirebon, gajah akulturasi dari Hindu,
kadang-kadang dalam seni Burok ini ditampilkan barongan (dari barongsai) tapi
dengan pemain tunggal, bolehlah ia dianggap mewakili budaya Cina.
Pada tahap
perkembangan tahun 1970-an seni burok diiringi musik tambahan gitar dengan
iringan pujian Shalawat dan lantunan syair-syair Berjanzi lalu seiring
perkembangan zaman seni ini termarjinalkan karena serbuan industri hiburan
moderen. Nasibnya sama dengan tarling. Kedua kesenian ini kemudian
bermetamorfose. Burok memadukan dog-dognya dengan dangdut, bahkan nuansa
dangdutnya lebih dominan. Tarlingpun menjadi tarling dangdut lalu berkembang
menjadi dangdut Cirebonan. Namun perkembangan seni yang semula penuh makna
simbolis filosofi religi, kini hanya mengedepankan nilai hiburannya saja,
terdegredasi, mubadzir dan nilai rendah jauh dari agama dan kesantunan budaya
asli Cirebon. Keduanya masih tetap Cirebon, tapi Cirebon yang sudah tercabut
dari akarnya, semula dibangun sebagai bentuk pembebasan diri atau pemerdekaan,
sekarang kembali jatuh menjadi kultur Subaltern (bawahan /jajahan) budaya lain.
Kota Cirebon memiliki berbagai seni dan budaya tradisional khas yang bernuansa
Islam serta bercirikan tentang kehidupan dan perjuangan. Kota Cirebon juga
memiliki event-event tradisional yang hingga saat ini masih dilaksanakan,
seperti sedekah bumi/Mapag sri, Nadran (sepanjang wilayah pantai utara) dan
muludan (setiap bulan maulid di kalender Islam).
Kebudayaan
yang ada di Kota Cirebon sebenarnya memiliki potensi yang sangat potensial
untuk dikembangkan sehingga dapat diberdayakan menjadi nilai tinggi yang dapat
dilestarikan dan dapat disajikan nilai komoditas pariwisata sebagai daya tarik
tersendiri di Kota Cirebon.Kesenian, tradisi dan unsur-unsur nilai budaya yang
amat luhur sebagai faktor penunjang dalam menyokong pembangunan di wilayah Kota
Cikental rebon. Budaya yang cenderung religius berbaur dengan budaya Keraton
yang bernuansa kerajaan sangat khas dan amat menonjol sebagai ciri khas yang
amat di Cirebon. Masih banyak kesenian dan budayaan khas Cirebon yang banyak
mengandung makna dan simbol yang bertujuan untuk penyebaran ajaran agama islam
pada masanya.
0 komentar:
Posting Komentar