Mistis dan unik ialah hal yang melekat pada
salah satu kesenian sintren. Khas
dari Daerah Pesisir. Penarinya
menggnakan kostum unik yang dilengkapi kacamata hitam dan kurungan ayam sebagai
alat peraga bagi si penari. Yang menjadi
keunikan sekaligus ciri dari Kesenian ini adalah ketika sang penari di lempar
uang, maka ia akan mendadak berhenti dan tak sadarkan diri hingga sang pawang
merapal mantra lagi.
Bagi tiap-tiap daerah memiliki cara
dan aturan bermain tersendiri dalam hal aksi panggung para Sintren nya.
1.Gerak Goyangannya
Gerak goyang dari penari
sintren dipengaruhi oleh jenis musiknya ( maksud saya rancak gendang yang
mengiringi lagu), semakin rancak maka semakin heboh goyangan tari dari penari
Sintren. Sebagai contoh Sintren dari Pemalang sangat energik dan heboh (seiring
tabuhan gendang), hingga membuat para penonton serasa diajak bergoyang bersama.
Tetapi Tarian dari Sintren Pemalang lebih mirip seperti goyangan Dangdut
Pantura,
Unik lagi Sintren
Pemalang ada penari cowoknya yang terus mengimbangi gerak tarian dari penari
perempuan dengan tak sadarkan diri.
Sedangkan goyangan dari
Penari Sintren Kota Pekalongan, tetap mengikuti rancak gendang namun lebih
kalem. Dalam tariannya, sintren dari Kota Batik ini pada interval waktu
tertentu akan berhenti, dan sang pawang akan mengebulkan kemenyan agar sang
penari mau bergoyang lagi.
2.Atraksi Panggung
Perlu sobat
cintapekalongan ketahui, bahwa Kesenian Sintren bukannya hanya berbicara menari
saja, namun ada sedikit atraksi panggung tersendiri. Nah, hal ini yang menjadi
salah saru pembeda dalam variasi Kesenian Sintren Pekalongan dan Pemalang.
Pertama saya melihat atraksi dari penari Sintren Pemalang yang beratraksi
dengan naik ke “Kurungan” dengan cara biasa, yakni kedua penari (pria dan
wanitanya) naik dan menari diatas kurungan tersebut. Tetapi pada Seni Sintren
Pekalongan, untuk menaiki kurungan tersebut, sang penari akan berlari dan
melompat hingga berhasil berdiri diatas kurungan. Tak cuma sekali, namun
diulangi hingga beberapa kali.
3.Dalam
Hal Kostum
Kostum dari para Sintren pada umumnya tak jauh berbeda.
Kacamata hitam dan selendang selalu menjadi hal wajib. Namun jika sobat
cintapekalongan memperhatikan betul akan ada perbedaan dari tatanan rias alias
“make up” masing-masing sintren. Pada Sintren Pekalongan, hiasan bunga yang
dipakai adalah rangkaian bunga melati, sedangkan pada Sintren Pemalang adalah
bunga kamboja putih. Sedikit mengenai tata letak bunga, sobat pekalongan bisa
mengamati kalau milik Pekalongan ada di samping pelipis mata, sedangkan
Pemalang di pasang mulai dari atas kepala penari, juga pada lehernya ( Sintren
Pekalongan tidak memakai kalung bunga).
Kemudian kita amati ikat kepala sang penari, tentu sekilas
tidak ada yang berbeda kecuali motif bordirannya, namun jika sobat mengamati
lebih jeli maka akan menemukan pembedanya. Di ikat kepala Sintren Milik
Pekalongan, tidak ada tirai-tirai kecil yang berada di samping antara mata dan
telinga. Nah, kalau Sintren milik Pemalang ikatan kepala sang penari di hiasi
dengan manik-manik berbentuk tirai kecil.
Selain hal diatas, Jika penari Sintren Pekalongan
menggunakan baju khusus penari, sendangkan penari Sintren Pemalang hanya
menggunakan kaos oblong biasa yang diberi selendang batik melingkar dari
lehernya.
4.Lagu Pengiringnya
Meski sama-sama
menggunakan alat musik gamelan, namun pada kenyataannya lagu-lagu yang
dibawakan oleh para pengiring Sintren tiap daerah berbeda pula. Bisa saya
infokan kepada sobat cintapekalongan, bahwa lagu-lagu yang dibawakan dari
Sintren Pemalang merupakan lagu daerah pada umumnya, namun dengan sentuhan
gendang yang rancak. Sementara lagu atau musik dari Sintren Pekalongan lebih
slow mirip tembang yang dibawakan sinden pada pagelaran wayang kulit, namun
syair-syair nya bermuatan lokal Kota Pekalongan. Di Sintren Pekalongan, setiap
lagu memiliki segmen tertentu, seperti pembukaan, inti, ngamen (sawer), dan
penutup.
Secara keseluruhan
Kesenian Sintren sama-sama ada pawang, ada kurungan ayam, ada penari berkaca
mata hitam hanya berbeda pada aksesoris dan praktiknya
0 komentar:
Posting Komentar