Jumat, 27 Desember 2019

Tari Sintren Tarian Mistis



Sintren atau lais adalah kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang dikalangan masyarakat biasa. Hal ini tampak jelas dari kesederhanaan pada alat atau waditra, perlengkapan, busana, syairlagu, dan tata cara pertunjukanya. Kesenian sintren, hidup dan berkembang mengikuti arus kemajuan jaman, serta dimanfaatkan menurut situasi dan kondisi serta kebutuhan zaman itu sendiri. Zaman pengaruh Hindu-Budha, zaman perkembangan perkembangan Islam, zaman penjajahan, zaman kemerdekaan dan zaman sekarang ini sangat mewarnai pertunjukan kesenian sintren.
       
         Pada zaman penyebaran agama Islam berbeda jauh dengan zaman pergerakan melawan penjajah, pada zaman pergolakan merebut kemerdekaan kesenian, sintren merupakan salah satu jenis kesenian yang dipergunakan sebagai alat perjuangan untuk mencapai cita cita . pertunjukanya berisi didikan yang berbentuk sandi (ungkapan terselubung), yang tersirat dan tersurat didalam lirik lirik lagu yang dinyanyikan. kesenian sintren sebagai seni tradisional warisan nenek moyang, didalamnya terkandung falsafah nilai nilai luhur yang mempunyai makna yang dalam dan turut memperkaya khasanah budaya bangsa kita.

Tari sintren merupakan salah satu tarian tradisonal yang berasal dari pesisir utara pulau Jawa Tengah dan Jawa Barat selain gerak tarinya, tarian ini juga dikenal dengan tarian yang berunsur mistis karena di dalamnya terdapat ritual khusus untuk pemangilan roh atau dewa. Tari sintren ini tersebar di beberapa tempat di jawa tengah dan Jawa Barat seperti Cirebon, Majalengka, Indramayu, Brebes, Pemalang, Pekalongan, dan Banyumas. Menurut Sejarhnya Tarian ini berawal dari kisah Raden Sulandono dan Sulasih yang tidak mendapat restu dari orang tua Raden Sulandono. Sehingga Raden Sulandono di perintahkan ibunya untuk bertapa dan diberikan selembar kain sebagai sarana kelak untuk bertemu dengan Saulasih setelah pertapaannya selesai. Sedangkan Sulasih diperintahkan untuk menjadi penari di setiap acara bersih desa  yang diadakan sebagai syarat untuk bertemu Raden Sulandono.
 Saat pertunjukan rakyat yang diadakan untuk memerintahkan bersih desa, pada saat itulah Sulasih menari sebagai bagian pertunjukan. Malam itu saat bulan purnama, Raden Sulandono pun turun dari pertapaannya dengan cara bersembunyi sambil membawa kain yang diberikan oleh ibunya. Pada saat Sulasih menari, dia pun dirasuki kekuatan Dewi Rantamasari sehingga mengalami trance. Melihat seperti itu Raden Sulandono pun melemparkan kain tersebut sehingga Sulasih pun pingsan. Dengan kekuatan yang dimiliki Raden Sulandono, maka Sulasi dapat dibawa kabur dan keduanya mewujudkan cita-citanya untuk bersatu dalam cinta. Sejak saat itulah sebutan Sintren ini. Istilah Sintren pada saat penari mengalami kerasukan atau trance. Dan istilah balangan adalah pada saat Raden Sulandono melemparka kain yang diberika oleh ibunya. Banyak sejarah yang menceritakan mengenai tari sintren karena disetiap daerah pastilah banyak cerita-cerita yang bermunculan mengenai sejarah sintren itu sendiri. Sejarah lain mengatakan bahwa awal mulanya tari sintren ini berasal dari permainan anak-anak pesisir pantai yang menunggu orang tuanya pulang mencari ikan dan mereka pun menunggu sambil menari-menari dipingir pantai dengan di iringi alat musik seadanya dan biasanya dilakukan pada bulan purnama. Dalampementasannya,sembar tidak semarang orang bisa menjadi penar Sintren. Ada beberapa syarat khusus yang harus dipenuhi untuk menjadi penari utamanya. Penari Sintren harus masih lajang dan tidak pernah tersentuh oleh laki-laki (masih perawan). Penari tersebut juga harus melakukan puasa terlebih dahulu sebelum pementasan agar benar-benar suci dan bersih. Hal ini bertujuan agar roh yang memasuki penari nanti tidak kesulitan untuk merasuki tubuh penari. 
 Ketika alunan musik bernuansa mistis tersebut mulai dimainkan, kemudian sang pawang mulai beraksi dengan membacakan doa-doa. Penari sebelumnya menggunakan pakaian putih dan kacamata hitam dengan kondisi terikat oleh tali. Setelah itu pawang memasukkannya ke dalam kurungan tertutup dan memberikan kostum khusus. Kostum ini hampir mirip dengan kostum yang digunakan untuk wayang orang, Sahabat. Di sinilah  yang membuat penasaran banyak orang. Dalam kondisi tubuh terikat dan di dalam kurungan yang gelap, tiba-tiba penari sudah terlepas dari tali dan mengenakan pakaian saat kurungan dibuka oleh pawang. Dalam pertunjukan tari sintren biasanya diawali dengan Dupan, yaitu ritual untuk memohon perlindungan dari mara bahaya kepada Tuhan selama pertunjukan sintren berlansung. Ada beberapa bagian dalam pertunjukan tari sintren yaitu Paripurna, Balangan, dan Temohon.
 Pada bagian paripurna adalah bagian dimana pawang menyiapkan seorang yang aknan dijadikan Sintren dengan di temani oleh 4 pemain setiap dayang. Awalnya seorang  penari yang dijadikan sintren masih memakai pakaian biasa. Pada bagian ini diawali dengan pembacaan mantra dengan meletakan kedua tanggan calon penari Sintren di atas asap kemenyan, setelah setelah ini penari di ikat dengan tali diseluruh tubuhnya. Kemudian bersama dengan busana dan perlengkapan riasannya. Setelah itu ditutup kurungan seperti kurungan ayam, setelah sudah siap kurungan tersebut akan ditandai dengan bergetarnya kurungan dan kurungan tersebut akan dibuka. Penari Sintren tersebut pun sudah siap untuk menari.
          Pada bagian Balangan adalah pada saat penonton melempar sesuatu kerah penari Sintren. Saat penari terkena lemparan tersebut maka penari akan pinsan, lalu pawang akan menghampiri penari yang pingsan tersebut dan membacakan mantra dan mengusap wajah penari Sintren agar roh bidadari datang lagi dan melanjutkan menari kembali. Penonton yang melemparkan sesuatu tersebut di perbolehkan menari dengan penari sintren. Pada bagian Temohon adalah bagian dimana para penari Sintren dengan nampan mendekati penonton untuk meminta tanda terima kasih dengan uang seiklasnya.

Dalam pertunjukannya, Busana yang digunakan oleh penari Sintren adalah baju golok, yaitu baju tanpa lengan yang biasa digunakan tari golok. Pada bagian bawah biasanya menggunakan kain jarit dan celana cinde. Untuk bagian kepala biasanya menggunakan jamang, yaitu hiyasan untaian bunga melati di samping kanan dan koncer dibagian kiri telinga. Aksesoris yang digunakan biasanya adalah sabuk, samur, dan kaos kaki hitam/putih. Selain itu yang menjadi ciri khas penari Sintren adalah kacamata hitam yang berfungsi sebagai penutup mata, karena Penari Sintren selalu memjamkan mata pada saat keadaan trance atau kesurupan, selain itu juga sebagai mempercantik penampilan.
         
           Dalam pertunjukan Tari Sintren juga di iringi oleh alat musik seperti Gendang dan alat musik lainnya. Dan di iringi dengan tembang jawa, namun seiring berkembangnya zaman kini alat musik yang digunakan dalam setiap pertunjukan Tari Sintren adalah alat musik moderen seperti orkes. Dalam perkembangannya, tari sintren kini sudah mulai tenggelam seiring dengan perkembangan zaman, Tari Sintren juga sudah banyak perubahan dari segi penampilan pada bentuk aslinya banyak kreasi yang di tambahkan agar tampak lebih menarik. Tarian ini merupakan tarian yang langka dan jarang ditemukan selain itu tarian ini banyak mengandung nilai-nilai yang dapat dipelajari di dalamnya dan banyak mengandung simbol dan makna didalamnya terdapat nilai-nilai keagamaan sehingga selain sebagai tontonan Tari Sintren ini juga merupakan tuntunan bagi setiap penontonnya.










0 komentar:

Posting Komentar