Sintren
atau lais adalah kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang dikalangan
masyarakat biasa. Hal ini tampak jelas dari kesederhanaan pada alat atau
waditra, perlengkapan, busana, syairlagu, dan tata cara pertunjukanya. Kesenian
sintren, hidup dan berkembang mengikuti arus kemajuan jaman, serta
dimanfaatkan menurut situasi dan kondisi serta kebutuhan zaman itu sendiri. Zaman pengaruh Hindu-Budha, zaman
perkembangan perkembangan Islam, zaman penjajahan, zaman kemerdekaan dan
zaman sekarang ini sangat mewarnai pertunjukan kesenian sintren.
Pada zaman penyebaran agama Islam
berbeda jauh dengan zaman pergerakan melawan penjajah, pada zaman pergolakan
merebut kemerdekaan kesenian, sintren merupakan salah satu jenis kesenian yang
dipergunakan sebagai alat perjuangan untuk mencapai cita cita . pertunjukanya
berisi didikan yang berbentuk sandi (ungkapan terselubung), yang tersirat dan
tersurat didalam lirik lirik lagu yang dinyanyikan. kesenian sintren sebagai
seni tradisional warisan nenek moyang, didalamnya terkandung falsafah nilai
nilai luhur yang mempunyai makna yang dalam dan turut memperkaya khasanah
budaya bangsa kita.
Tari sintren merupakan salah satu tarian
tradisonal yang berasal dari pesisir utara pulau Jawa Tengah dan Jawa Barat
selain gerak tarinya, tarian ini juga dikenal dengan tarian yang berunsur
mistis karena di dalamnya terdapat ritual khusus untuk pemangilan roh atau
dewa. Tari sintren ini tersebar di beberapa tempat di jawa tengah dan Jawa
Barat seperti Cirebon, Majalengka, Indramayu, Brebes, Pemalang, Pekalongan, dan
Banyumas. Menurut Sejarhnya Tarian ini berawal dari kisah Raden Sulandono dan
Sulasih yang tidak mendapat restu dari orang tua Raden Sulandono. Sehingga
Raden Sulandono di perintahkan ibunya untuk bertapa dan diberikan selembar kain
sebagai sarana kelak untuk bertemu dengan Saulasih setelah pertapaannya
selesai. Sedangkan Sulasih diperintahkan untuk menjadi penari di setiap acara
bersih desa yang diadakan sebagai syarat untuk bertemu Raden Sulandono.
Saat pertunjukan rakyat yang diadakan untuk memerintahkan bersih desa, pada
saat itulah Sulasih menari sebagai bagian pertunjukan. Malam itu saat bulan
purnama, Raden Sulandono pun turun dari pertapaannya dengan cara bersembunyi
sambil membawa kain yang diberikan oleh ibunya. Pada saat Sulasih menari, dia
pun dirasuki kekuatan Dewi Rantamasari sehingga mengalami trance. Melihat
seperti itu Raden Sulandono pun melemparkan kain tersebut sehingga Sulasih pun
pingsan. Dengan kekuatan yang dimiliki Raden Sulandono, maka Sulasi dapat
dibawa kabur dan keduanya mewujudkan cita-citanya untuk bersatu dalam cinta.
Sejak saat itulah sebutan Sintren ini. Istilah Sintren pada saat penari
mengalami kerasukan atau trance. Dan istilah balangan adalah pada saat Raden
Sulandono melemparka kain yang diberika oleh ibunya. Banyak sejarah yang
menceritakan mengenai tari sintren karena disetiap daerah pastilah banyak
cerita-cerita yang bermunculan mengenai sejarah sintren itu sendiri. Sejarah
lain mengatakan bahwa awal mulanya tari sintren ini berasal dari permainan anak-anak
pesisir pantai yang menunggu orang tuanya pulang mencari ikan dan mereka pun
menunggu sambil menari-menari dipingir pantai dengan di iringi alat musik
seadanya dan biasanya dilakukan pada bulan purnama. Dalampementasannya,sembar tidak semarang orang bisa menjadi penar Sintren. Ada beberapa syarat khusus yang harus dipenuhi untuk menjadi penari utamanya. Penari Sintren harus masih lajang dan tidak pernah tersentuh oleh laki-laki (masih perawan). Penari tersebut juga harus melakukan puasa terlebih dahulu sebelum pementasan agar benar-benar suci dan bersih. Hal ini bertujuan agar roh yang memasuki penari nanti tidak kesulitan untuk merasuki tubuh penari.
Ketika alunan musik bernuansa mistis tersebut mulai
dimainkan, kemudian sang pawang mulai beraksi dengan membacakan doa-doa. Penari
sebelumnya menggunakan pakaian putih dan kacamata hitam dengan kondisi terikat
oleh tali. Setelah itu pawang memasukkannya ke dalam kurungan tertutup dan
memberikan kostum khusus. Kostum ini hampir mirip dengan kostum yang digunakan
untuk wayang orang, Sahabat. Di sinilah yang membuat penasaran banyak orang. Dalam
kondisi tubuh terikat dan di dalam kurungan yang gelap, tiba-tiba penari sudah
terlepas dari tali dan mengenakan pakaian saat kurungan dibuka oleh pawang. Dalam pertunjukan tari sintren biasanya
diawali dengan Dupan, yaitu ritual untuk memohon perlindungan dari mara bahaya
kepada Tuhan selama pertunjukan sintren berlansung. Ada beberapa bagian dalam
pertunjukan tari sintren yaitu Paripurna, Balangan, dan Temohon.
Pada bagian
paripurna adalah bagian dimana pawang menyiapkan seorang yang aknan dijadikan
Sintren dengan di temani oleh 4 pemain setiap dayang. Awalnya seorang
penari yang dijadikan sintren masih memakai pakaian biasa. Pada bagian ini
diawali dengan pembacaan mantra dengan meletakan kedua tanggan calon penari
Sintren di atas asap kemenyan, setelah setelah ini penari di ikat dengan tali
diseluruh tubuhnya. Kemudian bersama dengan busana dan perlengkapan riasannya.
Setelah itu ditutup kurungan seperti kurungan ayam, setelah sudah siap kurungan
tersebut akan ditandai dengan bergetarnya kurungan dan kurungan tersebut akan
dibuka. Penari Sintren tersebut pun sudah siap untuk menari.
Pada bagian Balangan adalah pada saat
penonton melempar sesuatu kerah penari Sintren. Saat penari terkena lemparan tersebut
maka penari akan pinsan, lalu pawang akan menghampiri penari yang pingsan
tersebut dan membacakan mantra dan mengusap wajah penari Sintren agar roh
bidadari datang lagi dan melanjutkan menari kembali. Penonton yang melemparkan
sesuatu tersebut di perbolehkan menari dengan penari sintren. Pada bagian
Temohon adalah bagian dimana para penari Sintren dengan nampan mendekati
penonton untuk meminta tanda terima kasih dengan uang seiklasnya.
Dalam pertunjukannya, Busana yang
digunakan oleh penari Sintren adalah baju golok, yaitu baju tanpa lengan yang
biasa digunakan tari golok. Pada bagian bawah biasanya menggunakan kain jarit
dan celana cinde. Untuk bagian kepala biasanya menggunakan jamang, yaitu
hiyasan untaian bunga melati di samping kanan dan koncer dibagian kiri telinga.
Aksesoris yang digunakan biasanya adalah sabuk, samur, dan kaos kaki
hitam/putih. Selain itu yang menjadi ciri khas penari Sintren adalah kacamata
hitam yang berfungsi sebagai penutup mata, karena Penari Sintren selalu
memjamkan mata pada saat keadaan trance atau kesurupan, selain itu juga sebagai
mempercantik penampilan.
Dalam pertunjukan Tari Sintren juga
di iringi oleh alat musik seperti Gendang dan alat musik lainnya. Dan di iringi
dengan tembang jawa, namun seiring berkembangnya zaman kini alat musik yang
digunakan dalam setiap pertunjukan Tari Sintren adalah alat musik moderen
seperti orkes. Dalam perkembangannya, tari sintren kini sudah mulai tenggelam
seiring dengan perkembangan zaman, Tari Sintren juga sudah banyak perubahan
dari segi penampilan pada bentuk aslinya banyak kreasi yang di tambahkan agar
tampak lebih menarik. Tarian ini merupakan tarian yang langka dan jarang
ditemukan selain itu tarian ini banyak mengandung nilai-nilai yang dapat
dipelajari di dalamnya dan banyak mengandung simbol dan makna didalamnya
terdapat nilai-nilai keagamaan sehingga selain sebagai tontonan Tari Sintren
ini juga merupakan tuntunan bagi setiap penontonnya.
0 komentar:
Posting Komentar