Senin, 30 Desember 2019

Makna dan syair yang diginakan pada Tarian Sintren



       Makna adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata, antara lambang bunyi dengan acuannya. Makna merupakan bentuk responsi dari stimulus yang di peroleh pemeran dalam komunikasi sesuai dengan asosiasi maupun hasil belajar yang di miliki. Berikut adalah sifat-sifat dan relasi makna yang lazim di bahas oleh sematik : ambiguitas leksikal, sinonimi, hiponimi, overlap dan antonimi.  Ambiguitas leksikal terjadi tatkala satu kata memiliki lebih dari dua arti. Sinonimi adalah sejumlah kata yang memiliki makna yang sama. Hiponimi adalah satu kata yang artinya mencakupi keseluruhan kata lainnya. Overlap adalah fenomena semantis tatkala dua kata atau lebih bertumpang-tindih fitur sematiknya. Dan Antonim adalah dua kata yang berlawanan dalam hal artinya.

Dapat dikatakan bahwa dalam sebuah pertunjukan Sintren mempunyai makna-makna tertentu yang akan di tawarkan kepada penonton, khususnya mengenai tujuan dari pada manusia hidup di dunia hingga kembali ke akhirat(tempat keabadian), yakni sebagai berikut :
1.     Dalam pertunjukan sintren, pemain di ikat dan di masukkan ke dalam kurungan hal ini mengandung pesan dakwah bahwa manusia yang pasti akan masuk ke alam kubur (wafat).
2.     Kemudian pasca pemain itu di masukkan ke dalam kurungan, pemain berubah menajdi wanita canti, hal ini mengandung pesan dakwah atau sebagai simbol ia telah mendapatkan rahmat dan ridho ALLAH SWT.
3.     Pemain memakai kaca mata hitam, dan mengandung pesan dakwah bahwa dunia itu penuh dengan godaan yang menyesatkan sehingga hendak manusia tidak terpedayakan oleh hal-hal keduniawian belaka.
4.     Dilanjutkan dengan adegan pingsan dan menari-nari, hal ini sebagai lambang kenikmatan yang tidak terhingga sehingga ia merasa seperti orang yang lupa akan daratan surga.
5.     Sintren mengandung makna hubungan taraqi (permohonan kepada Allah Swt) dan tanazul (sebagai bentuk turunnya pertolongan Allah Swt).
6.     Dilihat dari simbolik syair yang mengandung pesan dakwah sebagai berikut :
-         Ana raga kadiran sukma (ada raga di isi roh)
-         Klambi putih wadahe raga (sandangan ketika seseorang meninggal di bungkus dengan kain kafan), dan lain sebagainya.  
7.     Busana yang mewah dan mahkota adalah lambang karunia dan kehormatan yang diberikan oleh ALLAH SWT setelah wafat.
Kesenian sintren merupakan kesenian yang dapat di tampilkan dan di ajarkan yang mempunyai makna simbolik tinggi untuk mendidik generasi muda, membentuk karakter bangsa yang memiliki peradaban tinggi dan relevan dengan perkembangan jaman sebagai salah satu bentuk dari pencerahan masyarakat.
          Dakwah dalam analisis semiotik akan menjadi penanda (signifier) dakwah dari aspek materialnya sehingga mampu mengurangi apa yang tersirat dan tersurat dalam penujukan yang terdomumentasikan lwat foto.
Syair secara bahasa berasal dari bahasa melayu Syu’ur yang artinya perasaan. Syair lagu merupakan simbol bahasa yang digunakan komponis dalam mengekspresikan persaan untuk memudahkan pendengar dalam mencerna senuah karya musik.
·          Syair lagu Tambak pawon
Di nyanyikan sebelum pertunjukan dimulai. Syair ini di gunakan untuk mengumpulkan para penonton.
Tambak, tambak pawon (Bendung,bendung dapur)
Terapnang dandang kuali (letakkan tungku)
Ari bibi kebal-kebul (kalau bibi berasap)
Ngenteni wong nonton ngumpul (menunggu penonton kumpul)
·          Syair lagu turun Sintren
Lagu ini di nyanyikan pada waktu pertunjukan sintren akan segera di mulai. Di tandai dengan tarian para sinden menemani dalang Sintren yang akan memainkan pertunjukan Sintren tersebut. Lagu turu Sintren ini di nyanyikan oleh para nayaga dan sinden. Lagu turun sintren ini di nyanyikan secara berulang sebanyak tiga kali dalam setiap pementasannya. Berikut ini syair lagu turun sintren :
Turun-turun sintren, sintrene widadari (turun-turun sintren, sintrennya bidadari)
Nemu kembang ning ayunan (nemu bunga di ayunan)
Kembange si.... jaya indra (bunganya si.... jaya indra)
Widadari temuruna (bidadari turunlah)
Ngeragani putu nira ( merasuki cucu kami)
·          Rame-rame
Di nyanyikan para nayaga dan sinden pada saat Sitren sedang di ikat oleh pawang sintren dengan tali tambang yang kuat. Sintren di ikat dan dimasukkan ke dalam tikar. Berikut ini lirik syair lagu rame-rame :
Rame-rame pa wari lais (rame-rame pemain lais)
Widadari temuruna (bidadari turunlah)
Manuk puter pada muni (burung puter pada berbunyi)
Perkutut manjing kurungan (perkutut masuk kurungan)
·          Terap Banda
Beberapa saat setelah sintren menghilang dari tiker, ternyata sintren sudah pindah tempat ke dalam kurungan. Kurungan di buka dan sintren menari-nari seiring dengan gerakan tarian para sinden. Dengan di iringi lagu terap banda, dalang sintren keluar dari sintren dengan tubuh masih terikat tali, sintren menari dengan gemulai seiring dengan tarian para sinden.
Wari lais terap nang banda nira (wari lasi pakailah penutup kepalamu)
Wari lais (wari lais)
                   Dunung ala dunung (dunung ala dunung)
          Sidununge prau giwang (si dunungnya perahu kandang kuda lumping)
                   Tiang lara nangis (orang sakit menangis)
          Musik berfungsi sebagai pengungkapan emosional, baik melalui bunyi yang di hasilakan maupun oleh penyajiannya. Melalui teknik permainan musik itu sendiri, musik pengiring sintren secara otomatis akan menimbulkan emosi bagi pemain masuk itu sendiri maupun orang yang sedang mendengarkan musik itu, adanya musik pengiring ini maka akan berpengaruh juga bagi para penari sintren,musik akan membangkitkan emosi atau semangat untuk menari. Adapun alat musik yang di gunakan untuk mengiringi pertunjukan sintren antara lain sebagai berikut :
1.     Buyung, terbuat dari tanah liat yang alasnya di tutup dengan lembaran karet yang berfungsi sebagai gendang berjumlah 2 buah.
2.     Kendi, terbuat dari tanah liat yang bersifat sebagai gong.
3.     Kecrek, berfungsi untuk mengatur ritme.
4.     Bumbung, yaitu ruas bambu, ukurankecil sebagai melodi, bumbung(ruas bambu) ukuran agak besar sebagai tutukan.
Pemain, pemeran kesenian Sintren berjumlah 15 sampai dengan 25 orang, terdiri dari :
1.     Dalang sintren, setiap sintren menunjukkan satu orang dalang atau penari yang di sebut dalang sintren dan apabila di mainkan oleh seorang perempuan. Namun apabila di perankan oleh seorang laki-laki di sebut dalang lais atau wari lais,
2.     Malim atau pawang, juru dupan berjumlah satu orang, betugas memimpin pertunjukan dan mengundang roh dengan mantra dan kemenyan.
3.     Bodor atau pelawak, sebanyak satu orang bertugas sebagai pegiring dalang sintren serta memberikan pesan-pesan tertentu pada para penonton.
4.     Penyanyi dan pesinden, berjumlah 4 sampai dengan 8 orang wanita/gadis, mereka bertugas menyanyikan lirik-lirik syair, lagu-lagu sintren.
5.     Nayaga, para nayaga kesenian ini pada umumnya ialah wanita, tapi dapat juga di campur wanita dan laki-laki. Jumlahnya antara 6 sampai dengan 10 orang, bertugas menabuh kendang, kemplang, melodi ruas bambu, gong (botol atau kendi) dan lain sebagainya.
6.     Petugas pembantu, petugas ini berjumlah sebanyak 2 orang, yakni wanita yang bertugas membuka dan menutup kurungan bambu untuk dalang sintren.

0 komentar:

Posting Komentar