Selasa, 24 Desember 2019

Tari tradisional

Tari Saman merupakan salah satu media untuk pencapaian pesan (dakwah). Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan.
Sebelum saman dimulai yaitu sebagai mukaddimah atau pembukaan, tampil seorang tua cerdik pandai atau pemuka adat untuk mewakili masyarakat setempat (keketar) atau nasihat-nasihat yang berguna kepada para pemain dan penonton.
Lagu dan syair pengungkapannya secara bersama dan berkesinambungan, pemainnya terdiri dari pria-pria yang masih muda-muda dengan memakai pakaian adat. Penyajian tarian tersebut dapat juga dipentaskan, dipertandingkan antara grup tamu dengan grup sepangkalan (dua grup). Penilaian dititik beratkan pada kemampuan masing-masing grup dalam mengikuti gerak, tari dan lagu (syair) yang disajikan oleh pihak lawan.
Paduan Suara[sunting | sunting sumber]
Tari saman biasanya ditampilkan tidak menggunakan iringan alat musik, akan tetapi menggunakan suara dari para penari dan tepuk tangan mereka yang biasanya dikombinasikan dengan memukul dada dan pangkal paha mereka sebagai sinkronisasi dan menghempaskan badan ke berbagai arah. Tarian ini dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut syekh. Karena keseragaman formasi dan ketepatan waktu adalah suatu keharusan dalam menampilkan tarian ini, maka para penari dituntut untuk memiliki konsentrasi yang tinggi dan latihan yang serius agar dapat tampil dengan sempurna. Tarian ini khususnya ditarikan oleh para pria.
Pada zaman dahulu, tarian ini pertunjukkan dalam acara adat tertentu, di antaranya dalam upacara memperingati hari Maulid Nabi Muhammad. Selain itu, khususnya dalam konteks masa kini, tarian ini dipertunjukkan pula pada acara-acara yang bersifat resmi, seperti kunjungan tamu-tamu antar kabupaten dan negara, atau dalam pembukaan sebuah festival dan acara lainnya.
Tarian Saman dibentuk oleh seorang tokoh Agama Islam yang bernama Syeh Saman. Syair yang digunakan pada Tari Saman menggunakan bahasa Arab dan penggabungan bahasa Aceh. Tari Saman tidak memiliki sebuah iringan permainan, sebab Tarian ini hanya menggunakan gerakan-gerakan tangan yang diiringi syair yang sudah dilagukan dan dapat menciptakan suasana gembira.
2). Tari Bines
Tari Bines merupakan salah satu jenis Tarian Tradisional Aceh di Gayo Lues yang memiliki arti oleh sekumpulan perempuan atau gadis. Berdasarkan Koreografinyatari Bines ini termasuk kedalam jenis tari kelompok. Berdasarkan dari sebuah pola garapannya tari Bines masuk kedalam golongan tari tradisi yaitu ari yang sudah hadir sejak puluhan tahun lalu.
Tari Tradisional dari Jawa Barat
Jawa Barat termasuk kedalam salah satu Provinsi yang terdapat banyak tempat Wisata dan juga mempunyai kebudayaan yang masih dijaga kelestariannya. Hal ini dapat terlihat dengan betapa seringnya diadakan sebuah pagelaran Alat Musik Tradisional dan Tari Tradisional, walaupun dari beberapa tarian tradisional hanya dipentaskan sebagai media hiburan saja.
Namun hal tersebut cukup memberikan kesadaran pada masyarakat didaerah tersebut untuk menjaga kelestarian budaya di Indonesia yang sering dicuri oleh Negeri orang. Berikut ini terdapat beberapa contoh Tarian Tradisional Jawa Barat, yaitu sebagai berikut :
Memang tidak heran, tarian ini menjadi salah satu jenis Tarian khas dari Jawa Barat dan akan diperlihatkan bila terdapat acara tertentu seperti acara pemerintahan dan juga acara pernikahan. Jaipong berasal dari daerah Sunda yang diciptakan oleh Gugum Gumbira. Tarian ini sangat dijaga dan dilestarikan oleh orang-orang yang amat mencintai kebudayaannya, sehingga dibentuk kelompok penari Jaipong.
2). Tari Buyung
Kata Buyung memiliki arti yaitu salah satu jenis tanah liat yang dipakai oleh para wanita di Zaman dulu untuk wadah mengambil air. Tarian ini diciptakan dan dikembangkan oleh Emalia Djatikusumah, biasanya tarian ini dipentaskan disaat melaksanakan upacara Seren Tahun.
Tarian ini memiliki keunikan karena selama menari, para penari perempuan akan menopang sebuah tanah liat yang berbentuk mirip dengan kendi, biasanya orang pada Zaman dulu menyebutnya dengan “Buyung”.
Tari Tradisional dari Bali
Bali merupakan sebuah daerah yang biasa di anggap sebagai Meksikonya Negara Indonesia. Pulau yang berada di Bali biasa dikenal dengan sebutan Pulau Dewata, yaitu Pulau yang mempunyai keindahan dari panorama alam yang telah diakui secara Internasional.
Selain itu juga, Bali tidak hanya menawarkan sebuah keindahan alam saja, tetapi juga dengan segudang kebudayaan termasuk juga tarian tradisional khas Bali. Berikut ini terdapat beberapa contoh dari Tari Tradisional Bali yaitu, sebagai berikut ini :
1). Tari Barong
Tari Barong merupakan tarian yang menceritakan tentang sebuah perseteruan antara Kebajikan yang digambarkan dengan sebuah Barong, dan Kejahatan yang disimbolkan dengan sesosok Rangda. Kata Barong berasal dari sebuah kata “Bahruang” yang berarti seekor beruang.
Meskipun begitu, wujud dari barong terbentuk dari beberapa binatang yang digambarkan dan sangat beragam, dan di sesuakian dari jenis tari Barong yang dipentaskan. Macam-macam bentuk Barong seperti Barong Macan, Barong Gajah, Barong Bangkal, Barong Asu, Barong Blasblasan, Barong Landung dan ada juga barong yang paling terkenal, yaitu Barong Keket atau disebut dengan Barong Ket yang terbentuk dari perpaduan Macan, Singa dan Sapi.
2). Tari Kecak
Tari Kecak termasuk kedalam jenis tarian adat Bali yang sudah sangat terkenal dan sudah menjadi salah satu pertunjukan yang sangat khas, yang diburu oleh para Wisatawan. Tarian ini dibuat oleh seseorang yang bernama Wayan Limbak dan Walter Spies, tarian ini menceritakan sebuah Legenda Ramayana dan mayoritas penarinya adalah seorang laki – laki. Jumlah dari penari yang mempentaskan Tari Kecak dapat berjumlah puluhan hingga lebih.
Demikianlah pembahasan mengenai Tari Tradisional beserta Contohnya secara lengkap. Semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat menambah ilmu pengetahuan kita semua.

0 komentar:

Posting Komentar