Syair
adalah jenis puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat larik (baris)
Yang berakhir dengan bunyi yang sama. Syair digunakan untuk melukiskan hal-hal
yang panjang misalnya tentang suatu cerita, nasihat, agama, cinta, dan
lain-lain. Kata syair berasal dari bahasa arab, syu’ur yang artinya “perasaan”.
Dilihat dari asal katanya, syair dapat diartikan sebagai ekspresi perasaan atau
pikiran pembuatanya. Oleh karena itu, bait-bait dalam syair sangat banyak. Ditinjau
dari struktur fisiknya, syair sangat terikat oleh jumlah baris dalam suatu
bait, jumlah suku kata dalam setiap baris, jumlah bait dalam setiap puisi, dan
aturan dalam hal rima dan ritma.
Syair-syair
yang mengiringi pagelaran sintren tidak terlepas dari latar belakang atau
kisah-kisah yang mengikutinya, kisah romantis sulasih dan raden sulandono
misalnya, kisah romantis tersebut yang amat kental dalam pagelaran sintren di
wilayah suku jawa seperti si kabupaten batang serta kabupaten dan kota pekalongan
tidak begitu terasa dalam pagelaran tari sintren di wilayah Cirebon walau dalam
sebuah versi syair yang dilantunkan oleh sanggar tri sekar pandan, kesultanan
kacirebonan masih menyelipkan nama keduanya namun pada praktiknya isi teriannya
tidak mengisahkan sama-sekali tentang sulasih dan raden sulandono, isi tarian
dan penjelasanya justru bernuansa dakwah islam.
Menurut
isinya, syair dapat dibagi menjadi lima golongan, yaitu:
1. Syair panji
adalah syair yang yang berisi atau bercerita tentang keadaan yang terjadi dalam
istana (kerajaan), keadaan orang-orang yang ada atau berasal dari dalam istana.
Contohnya “syair ken tumbunan”.
2. Syair romantis adalah
syair yang berisi tentang percintaan pelipur lara, cerita rakyat. Contohnya
“syair bidasari”.
3. Syair kiasan adalah
syair yang menrceritakan tentang percintaan antara ikan, burung, bunga, atau
buah-buahan yang semuanya itu hanya simbolik yang terkandung di dalamnya,
kiasan atau sindiran kepada peristiwa tertentu. Contohnya, “ syair burung
pangguk”.
4. Syair sejarah adalah
syair yang berdasarkan peristiwa sejarah terpanjang, misalnya tentang
peperngangan. Contohnya “syair perang mengkasar”.
5. Syair agama adalah
syair yang mengandung tema ajaran ilmu tasawuf. Agama tergolong syair
terpenting, terbagi menjadi empat, yaitu: syair sufi, syair tentang ajaran
islam, syair riwayat nabi, dan syair nasihat.
Ciri-ciri syair antara lain sebagi
berikut:
v Syair terdiri atas empat baris atau
larik dalam setiap bait.
v Syair tidak memiliki sampiran,
seperti halnya dalam pantun. Dengan kata lain, semua baris mengandung isi dan
makna.
v Syair tidak sesuai dalam suatu bait.
v Makna syair ditemukan oleh bait-bait
berikut (hamper sama dengan paragraph dalam cerita).
v Pola rimanya a-a-a-a (rima sama).
v Irama terjadi pada setiap pertengahan
baris antara empat hingga enam suku
kata.
Syair kembang putri
mahendra
Ketika memasuki ruang pagelaran, pesinden melantukan syair
seperti di bawah ini :
Turun turun sintren
Sintrene widadari
Nemu kembang yun ayunan
Nemu kembang yun ayunan
Kembange putri mahendra
Widadari temurunan
Ketika sintren dan dalang sintern telah bersiap ditempat dan
akan memulai pementasan maka syair akan di dilanjutkan dengan syair seperti
dibawah ini:
Kembang rampe oli tuku
ning pasar kramat
Nok fani dirante kang
rantee dalang mamat
Kembang rampe oli tuku
ning pasar kramat
Sintrene dirante kang
rantee dalang mamat
Gulung gulung glasah
ana sintren lagi turu
penontone buru buru
gulang guling glasah
ana sintren lagi turu
penontone buru buru
sulasih sulasih
sulandono
menyangkuti ragane
sukma
ana sukma saking surga
widadari temurunan
sulasih sulasih
sulandono
menyangkuti ragane
sukma
ana sukna saking sura
widadari temurunan
ketika ranggap (bahasa Indonesia: kurungan ayam) dibuka, maka
syair Ya Robana (ya allah swt) yang
meningatkan para penonton untuk segala bertaubat dilantunkan oleh pesinden
seperi berikut:
ya robana, robbana,
robbana
ya robana zhalamna
anfusana
wa inlam tagfirlana
wa tarhamna lanakunanna
min al-khosirin
setelah sintren keluar dari ranggap dan kemudian berdiri, syair dirubah untuk menujukan bahwa
sintren telah berdandan dan berganti baju serta para panjak (pemain music) siap untuk mengiringi penampilannya.
Turun turun sintren
Sintrene dandane suwe
Dandan kalunge
sesumpinge
Dandan kalunge
sesumpinge
Sintren jogged manise
meseme
Panjak songgot
rame-rame
Turun turun sintren
Sintrene widadari
Nemu kembang yun ayunan
Nemu kembang yun ayunan
Kembange putri mahendra
Widadari temurunan
Ketika prosesi pelemparan uang sudah selesai, maka dalang
akan memasukan sintren kembali ke dalam
ranggap tanda bahwa pagelaran akan segera berakhir.
Kembang kilaras
ditandur tengahe alas
Paman bibi aja maras
Dalange suntren jaluk
waras
Kembange srengenge
surupane wayahe sore
Sawise lan sedurunge
kesuwun ning kabehane
Syair kembang gewor
Pegelaran sintren dibuka dengan syair seperti brikut:
Turun turun sintren
Sintrene widadari
Nemu kembang yun ayunan
Nemu kembang yun ayunan
Kembange putri mahendra
Widadari temurunan
ngaranjing ning awake ira
Ketika sintren sudah masuk ke ranggap (kurungan ayam) maka pesinden akan melanjutkan sengan syair
sih sulasih untuk mengiringi peosesi pelepasan rantai yang membelit sintren
dalam ranggap.
Sih sulasih sulandono
Meyan putih
pengundangan dewa
Ala dewa saking sukma
Widadari temurunan
Syair kemudian dilanjutkan dengan syair
kembang Gewor yang mengiringi datangan para Bodoran (bahasa
Indonesia: pelawak) yang mengiringi pagelaran Sintren.
Turun-turun sintren Sintrene widadari
Nemu kembang yun ayunan
Nemu kembang yun ayunan
Kembange si jaya Indra
Widadari temurunan
Kang manjing ning awak ira
Turun-turun sintren sintrene widadari
Nemu kembang yun ayunan
Nemu kembang yun ayunan
Kembange si jaya Indra
Widadari temurunan
Kembang gewor bumbung kelapa lumeor
Geol-geol bu Sintren garepan njaluk bodor
Bumbune kelapa muda
Goyang-goyang nyi sintern minta bodor
Syair kemudian dilanjutkan dengan syair
kembang Kates, Kenangan dan Jae Laos yang menandakan pagelaran Sintren
akan segera berakhir, seperti berikut ;
Kembang kates gandul
Pinggire kembang kenanga
Kembang kates gandul
Pinggire kembang kenanga
Arep ngalor garep ngidul
Wis mana gageya lunga
Kembang kenanga
Pinggire kembang melati
Kembang kenanga pinggire
Kembang melati
Wis mana gageya lunga
Aja gawe lara ati
Kembang jahe laos
Lempuyang kembange kuning
Kembang jahe laos
Lempuyang kembange kuning
Ari balik gage elos sukiki menea maning
Syair Metu sing konjarah (keluar dari kurungan)
Clikung lawung klontongena bandanira (Intip lihatlah dengan hati-hati, berkumpulah, bebaskan belenggumu)
Clikung lawung klontongena bandanira (Intip lihatlah dengan hati-hati, berkumpulah, bebaskan belenggumu)
Ari sukma ngelontong, ngelontong salin busana (seandainya jiwa sudah terbebas, bebaslah ganti pakaianmu)
Simbar-simbar pati, lamun dadi ja kesuwen (simbar-simbar pati (wangsalan Cirebon: rambut mati (uban) ), seandainya sudah muncul janganlah malu)
Simbar-simbar pati, lamun dadi ja kesuwen (simbar-simbar pati (wangsalan Cirebon: rambut mati (uban) ), seandainya sudah muncul janganlah malu)
Tokena sing konjarah, tokena sing konjarah (keluarlah dari kurungan, keluarlah dari kurungan)
Nya bebet nya iket nya sabuk sakerise (bebet (kain yang diikatkan dipinggang), iket (kain yang diikatkan dikepala), sabuk beserta kerisnya)
Syair Sintren dibanda (sintren dibelenggu)
Ayu sintren terapena bandanira (ayo sintren siapkan belenggumu)
Ayu sintren tangan ditaleni (ayo sintren tangan diikat)
Badan ditaleni (badan diikat)
Arep manjing ning konjarah (mau masih ke kurungan)
Pangeranira lara tangis (pemimpinmu sedang menderita dan menangis)
Tangise wong keyungyun (tangisannya orang yang menarik hati)
Turun-turun sintren, sintrene widadari (datang-datang sintren, sintrennya bidadari)
Nemu kembang yun-ayunan, nemu kembang yun-ayunan (nemu kembang hendak dibawa kemana?)
Kembange cahaya indra, widadari temurunan (kembangnya cahaya indra, bidadari sedang datang)
Ngrajinga ning badanira (memasuki badanmu)
Syair Wari lais (air suci)
Syair
Sintren Wari Lais (air suci) atau yang secara harafiah berarti pemuda
dengan niat yang suci sering diperdengarkan dalam berbagai media seni selain
Sintren, diantaranya adalah dalam kesenian Tarling Cirebon, lirik Wari Lais masih suka
diperdengarkan lewat para penyanyi Tarling seperti mimi Dadang Darniah
pada era 70an dan kemudian Diana Sastra.
Wari lais klontongena bandanira (air suci (pemuda dengan tujuan mulia) ) lepaskanlah belenggu dirimu)
Dunung ala dunung (ditempat-tempat manapun)
Dunung ala dunung (ditempat-tempat manapun)
Si Dunung ing bahu kiwa (tempat-tempat sudah menjadi tangan kiri ("ekstrem kiri") (tuduhan belanda mengatakan rakyat itu pemberontak)
Pangeranira lara nangis (pimpinanmu sedang menderita dan menangis)
Syair Tambak-tambak Pawon (menyalakan dapur)
Sebelum
tarian Sintren dimulai, untuk menghimpun masyarakat sekaligus memberitahu bahwa
akan ada pagelaran tarian sintren, pesinden sintren bisanya melantunkan syair berikut
Tambak tambak pawon
Isie dandang kukusan
Ari kebul-kebul wong nontone pada kumpul
Setelah
masyarakat sudah berkumpul, pesinden kemudian melanjutkan dengan syair
selanjutnya
Turun sintrén, sintréné widadari
Nemu kembang yun ayunan
Nemu kembang yun ayunan
Kembangé si Jaya Indra
Widadari temurunan
Kang manjing ning awak ira
Turun-turun sintrén
Sintrené widadari
Nemu kembang yun ayunan
Nemu kembang yun ayunan
Kembangé si Jaya Indra
Widadari temurunan
Kembang katés gandul
Pinggiré kembang kenanga
Kembang katés gandul
Pinggiré kembang kenanga
Arep ngalor arep ngidul
Wis mana gagéya lunga
Kembang kenanga
Pinggiré kembang melati
Kembang kenanga
Pinggiré kembang melati
Wis mana gagéya lunga
Aja gawé lara ati
Kembang jaé laos
Lempuyang kembangé kuning
Kembang jaé laos
Lempuyang kembangé kuning
Ari balik gagé elos
Sukiki menéya maning
Kembang kilaras
Ditandur tengaé alas
Paman-bibi aja maras
Dalang sintrén jaluk waras
0 komentar:
Posting Komentar