Senin, 30 Desember 2019

MAKNA DARI SYAIR SINTREN




            Syair adalah jenis puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat larik (baris) Yang berakhir dengan bunyi yang sama. Syair digunakan untuk melukiskan hal-hal yang panjang misalnya tentang suatu cerita, nasihat, agama, cinta, dan lain-lain. Kata syair berasal dari bahasa arab, syu’ur yang artinya “perasaan”. Dilihat dari asal katanya, syair dapat diartikan sebagai ekspresi perasaan atau pikiran pembuatanya. Oleh karena itu, bait-bait dalam syair sangat banyak. Ditinjau dari struktur fisiknya, syair sangat terikat oleh jumlah baris dalam suatu bait, jumlah suku kata dalam setiap baris, jumlah bait dalam setiap puisi, dan aturan dalam hal rima dan ritma.
            Syair-syair yang mengiringi pagelaran sintren tidak terlepas dari latar belakang atau kisah-kisah yang mengikutinya, kisah romantis sulasih dan raden sulandono misalnya, kisah romantis tersebut yang amat kental dalam pagelaran sintren di wilayah suku jawa seperti si kabupaten batang serta kabupaten dan kota pekalongan tidak begitu terasa dalam pagelaran tari sintren di wilayah Cirebon walau dalam sebuah versi syair yang dilantunkan oleh sanggar tri sekar pandan, kesultanan kacirebonan masih menyelipkan nama keduanya namun pada praktiknya isi teriannya tidak mengisahkan sama-sekali tentang sulasih dan raden sulandono, isi tarian dan penjelasanya justru bernuansa dakwah islam.
            Menurut isinya, syair dapat dibagi menjadi lima golongan, yaitu:
1.      Syair panji adalah syair yang yang berisi atau bercerita tentang keadaan yang terjadi dalam istana (kerajaan), keadaan orang-orang yang ada atau berasal dari dalam istana. Contohnya “syair ken tumbunan”.
2.      Syair romantis adalah syair yang berisi tentang percintaan pelipur lara, cerita rakyat. Contohnya “syair bidasari”.
3.      Syair kiasan adalah syair yang menrceritakan tentang percintaan antara ikan, burung, bunga, atau buah-buahan yang semuanya itu hanya simbolik yang terkandung di dalamnya, kiasan atau sindiran kepada peristiwa tertentu. Contohnya, “ syair burung pangguk”.
4.      Syair sejarah adalah syair yang berdasarkan peristiwa sejarah terpanjang, misalnya tentang peperngangan. Contohnya “syair perang mengkasar”.
5.      Syair agama adalah syair yang mengandung tema ajaran ilmu tasawuf. Agama tergolong syair terpenting, terbagi menjadi empat, yaitu: syair sufi, syair tentang ajaran islam, syair riwayat nabi, dan syair nasihat.
Ciri-ciri syair antara lain sebagi berikut:
v  Syair terdiri atas empat baris atau larik dalam setiap bait.
v  Syair tidak memiliki sampiran, seperti halnya dalam pantun. Dengan kata lain, semua baris mengandung isi dan makna.
v  Syair tidak sesuai dalam suatu bait.
v  Makna syair ditemukan oleh bait-bait berikut (hamper sama dengan paragraph dalam cerita).
v  Pola rimanya a-a-a-a (rima sama).
v  Irama terjadi pada setiap pertengahan baris  antara empat hingga enam suku kata.
Syair kembang putri mahendra
Ketika memasuki ruang pagelaran, pesinden melantukan syair seperti di bawah ini :

Turun turun sintren
Sintrene widadari
Nemu kembang yun ayunan
Nemu kembang yun ayunan
Kembange putri mahendra
Widadari temurunan

Ketika sintren dan dalang sintern telah bersiap ditempat dan akan memulai pementasan maka syair akan di dilanjutkan dengan syair seperti dibawah ini:

Kembang rampe oli tuku ning pasar kramat
Nok fani dirante kang rantee dalang mamat
Kembang rampe oli tuku ning pasar kramat
Sintrene dirante kang rantee dalang mamat

Gulung gulung glasah ana sintren lagi turu
penontone buru buru
gulang guling glasah ana sintren lagi turu
penontone buru buru

sulasih sulasih sulandono
menyangkuti ragane sukma
ana sukma saking surga
widadari temurunan

sulasih sulasih sulandono
menyangkuti ragane sukma
ana sukna saking sura
widadari temurunan

ketika ranggap (bahasa Indonesia: kurungan ayam) dibuka, maka syair Ya Robana (ya allah swt) yang meningatkan para penonton untuk segala bertaubat dilantunkan oleh pesinden seperi berikut:

ya robana, robbana, robbana
ya robana zhalamna anfusana
wa inlam tagfirlana
wa tarhamna lanakunanna
min al-khosirin

setelah sintren keluar dari ranggap dan kemudian berdiri, syair dirubah untuk menujukan bahwa sintren telah berdandan dan berganti baju serta para panjak (pemain music) siap untuk mengiringi penampilannya.
Turun turun sintren
Sintrene dandane suwe
Dandan kalunge sesumpinge
Dandan kalunge sesumpinge

Sintren jogged manise meseme
Panjak songgot rame-rame

Turun turun sintren
Sintrene widadari
Nemu kembang yun ayunan
Nemu kembang yun ayunan
Kembange putri mahendra
Widadari temurunan

Ketika prosesi pelemparan uang sudah selesai, maka dalang akan memasukan sintren kembali ke dalam ranggap tanda bahwa pagelaran akan segera berakhir.

Kembang kilaras ditandur tengahe alas
Paman bibi aja maras
Dalange suntren jaluk waras

Kembange srengenge surupane wayahe sore
Sawise lan sedurunge kesuwun ning kabehane


Syair kembang gewor

Pegelaran sintren dibuka dengan syair seperti brikut:

Turun turun sintren
Sintrene widadari
Nemu kembang yun ayunan
Nemu kembang yun ayunan
Kembange putri mahendra
Widadari temurunan ngaranjing ning awake ira

Ketika sintren sudah masuk ke ranggap (kurungan ayam) maka pesinden akan melanjutkan sengan syair sih sulasih untuk mengiringi peosesi pelepasan rantai yang membelit sintren dalam ranggap.

Sih sulasih sulandono
Meyan putih pengundangan dewa
Ala dewa saking sukma
Widadari temurunan

Syair kemudian dilanjutkan dengan syair kembang Gewor yang mengiringi datangan para Bodoran (bahasa Indonesia: pelawak) yang mengiringi pagelaran Sintren.

Turun-turun sintren Sintrene widadari
Nemu kembang yun ayunan
Nemu kembang yun ayunan
Kembange si jaya Indra
Widadari temurunan
Kang manjing ning awak ira

Turun-turun sintren sintrene widadari
Nemu kembang yun ayunan
Nemu kembang yun ayunan
Kembange si jaya Indra
Widadari temurunan

Kembang gewor bumbung kelapa lumeor
Geol-geol bu Sintren garepan njaluk bodor
Bumbune kelapa muda
Goyang-goyang nyi sintern minta bodor

Syair kemudian dilanjutkan dengan syair kembang Kates, Kenangan dan Jae Laos yang menandakan pagelaran Sintren akan segera berakhir, seperti berikut ;

Kembang kates gandul
Pinggire kembang kenanga
Kembang kates gandul
Pinggire kembang kenanga
Arep ngalor garep ngidul
Wis mana gageya lunga

Kembang kenanga
Pinggire kembang melati
Kembang kenanga pinggire
Kembang melati
Wis mana gageya lunga
Aja gawe lara ati

Kembang jahe laos
Lempuyang kembange kuning
Kembang jahe laos
Lempuyang kembange kuning
Ari balik gage elos sukiki menea maning

Syair Metu sing konjarah (keluar dari kurungan)

Clikung lawung klontongena bandanira (Intip lihatlah dengan hati-hati, berkumpulah, bebaskan belenggumu)
Clikung lawung klontongena bandanira (Intip lihatlah dengan hati-hati, berkumpulah, bebaskan belenggumu)
Ari sukma ngelontong, ngelontong salin busana (seandainya jiwa sudah terbebas, bebaslah ganti pakaianmu)

Simbar-simbar pati, lamun dadi ja kesuwen (simbar-simbar pati (wangsalan Cirebon: rambut mati (uban) ), seandainya sudah muncul janganlah malu)
Simbar-simbar pati, lamun dadi ja kesuwen (simbar-simbar pati (wangsalan Cirebon: rambut mati (uban) ), seandainya sudah muncul janganlah malu)
Tokena sing konjarah, tokena sing konjarah (keluarlah dari kurungan, keluarlah dari kurungan)
Nya bebet nya iket nya sabuk sakerise (bebet (kain yang diikatkan dipinggang), iket (kain yang diikatkan dikepala), sabuk beserta kerisnya)

Syair Sintren dibanda (sintren dibelenggu)

Ayu sintren terapena bandanira (ayo sintren siapkan belenggumu)
Ayu sintren tangan ditaleni (ayo sintren tangan diikat)
Badan ditaleni (badan diikat)
Arep manjing ning konjarah (mau masih ke kurungan)
Pangeranira lara tangis (pemimpinmu sedang menderita dan menangis)
Tangise wong keyungyun (tangisannya orang yang menarik hati)

Turun-turun sintren, sintrene widadari (datang-datang sintren, sintrennya bidadari)
Nemu kembang yun-ayunan, nemu kembang yun-ayunan (nemu kembang hendak dibawa kemana?)
Kembange cahaya indra, widadari temurunan (kembangnya cahaya indra, bidadari sedang datang)
Ngrajinga ning badanira (memasuki badanmu)
Syair Wari lais (air suci)
Syair Sintren Wari Lais (air suci) atau yang secara harafiah berarti pemuda dengan niat yang suci sering diperdengarkan dalam berbagai media seni selain Sintren, diantaranya adalah dalam kesenian Tarling Cirebon, lirik Wari Lais masih suka diperdengarkan lewat para penyanyi Tarling seperti mimi Dadang Darniah pada era 70an dan kemudian Diana Sastra.

Wari lais klontongena bandanira (air suci (pemuda dengan tujuan mulia) ) lepaskanlah belenggu dirimu)
Dunung ala dunung (ditempat-tempat manapun)
Dunung ala dunung (ditempat-tempat manapun)
Si Dunung ing bahu kiwa (tempat-tempat sudah menjadi tangan kiri ("ekstrem kiri") (tuduhan belanda mengatakan rakyat itu pemberontak)
Pangeranira lara nangis (pimpinanmu sedang menderita dan menangis)
Syair Tambak-tambak Pawon (menyalakan dapur)
Sebelum tarian Sintren dimulai, untuk menghimpun masyarakat sekaligus memberitahu bahwa akan ada pagelaran tarian sintren, pesinden sintren bisanya melantunkan syair berikut

Tambak tambak pawon
Isie dandang kukusan
Ari kebul-kebul wong nontone pada kumpul
Setelah masyarakat sudah berkumpul, pesinden kemudian melanjutkan dengan syair selanjutnya

Turun sintrén, sintréné widadari
Nemu kembang yun ayunan
Nemu kembang yun ayunan
Kembangé si Jaya Indra
Widadari temurunan

Kang manjing ning awak ira
Turun-turun sintrén
Sintrené widadari
Nemu kembang yun ayunan
Nemu kembang yun ayunan
Kembangé si Jaya Indra
Widadari temurunan

Kembang katés gandul
Pinggiré kembang kenanga
Kembang katés gandul
Pinggiré kembang kenanga
Arep ngalor arep ngidul
Wis mana gagéya lunga

Kembang kenanga
Pinggiré kembang melati
Kembang kenanga
Pinggiré kembang melati
Wis mana gagéya lunga
Aja gawé lara ati

Kembang jaé laos
Lempuyang kembangé kuning
Kembang jaé laos
Lempuyang kembangé kuning
Ari balik gagé elos
Sukiki menéya maning

Kembang kilaras
Ditandur tengaé alas
Paman-bibi aja maras
Dalang sintrén jaluk waras


0 komentar:

Posting Komentar